Ya Rasulullah; Saat Ajal Menjemput Beliau
11/13/2015
Kematian adalah muara kehidupan manusia dan akhir
perjalanannya di dunia, tidak ada yang lolos dari lubang jarum kematian, besar
dan kecil, tua dan muda, sehat dan sakit, laki-laki dan wanita, semua yang
hidup pasti akan meneguk gelas kematian dan memasuki gerbangnya yang berat.
Beratnya kematian bisa kita lihat dari sejarah kematian manusia yang terekam
kepada kita, bagaimana calon mayit mengalami sakaratul maut yang jika dia bisa
berlari darinya niscaya dia akan berlari, tetapi ke mana?
Berikut ini adalah sejarah yang terekam tentang
kematian manusia terbaik, sayid para nabi dan rasul, Muhammad saw.
Pada saat tanda-tanda sakit mulai terlihat pada diri
Rasulullah saw, beliau bersabda, "Aku ingin mengunjungi syuhada perang
Uhud." Beliau berangkat dan berdiri di atas kubur mereka dan berkata,
“Assalamu'alaikum wahai syuhada Uhud, kalian adalah orang-orang yang
mendahului, kami, insya Allah, akan menyusul kalian dan aku pun insya Allah
akan menyusul kalian."
Pulang dari sana Rasulullah saw menangis, mereka
bertanya, "Apa yang membuatmu menangis ya Rasulullah?" Beliau
menjawab, "Aku rindu kepada saudara-saudaraku." Mereka berkata,
"Bukankah kami adalah saudara-saudaramu ya Rasulullah?" Beliau
menjawab, "Bukan, kalian adalah sahabat-sahabatku. Adapun
saudara-saudaraku, maka mereka adalah kaum yang datang sesudahku, mereka
beriman kepadaku dan tidak melihatku."
Tiga hari sebelum wafat, sakit beliau mulai menguat.
Waktu itu beliau menginap di rumah Maemunah, beliau bersabda, "Kumpulkan
istri-istriku." Para istri berkumpul. Nabi saw bertanya kepada mereka,
"Apakah kalian mengizinkanku menginap di rumah Aisyah?" Mereka
menjawab, "Kami mengizinkanmu ya Rasulullah." Beliau hendak bangkit,
tetapi tidak mampu. Maka datanglah Ali bin Abu Thalib dan Fadhl bin Abbas
memapah Rasulullah dari rumah Maemunah ke rumah Aisyah.
Untuk pertama kali para sahabat melihat Nabi saw
dipapah. Mereka berkumpul dan bertanya-tanya, "Ada apa dengan Rasulullah,
ada apa dengan Rasulullah?" Orang-orang mulai berkumpul di masjid. Dan
masjid pun penuh dengan para sahabat.
Nabi saw dibawa ke rumah Aisyah, beliau mulai
berkeringat dan berkeringat. Aisyah berkata, "Aku belum pernah seumur-umur
melihat orang berkeringat sederas ini." Lalu Aisyah memegang tangan
Rasulullah dan mengusap keringat dengan tangan itu. Mengapa dengan tangan
Rasulullah saw dan bukan dengan tangannya sendiri? Aisyah menjelaskan,
"Tangan Rasulullah saw lebih baik dan lebih mulia dari tanganku. Karena
itu aku mengusap keringatnya dengan tangannya dan bukan dengan tanganku."
Ini merupakan penghormatan kepada Nabi saw.
Aisyah berkata, aku mendengarnya berkata, “La ilaha
illallah, kematian mempunyai sekarat. La ilaha illallah, kematian mempunyai
sekarat." Terdengar suara gaduh dari masjid. Nabi saw bertanya, "Ada
apa?" Aisyah menjawab, "Orang-orang mengkhawatirkanmu ya
Rasulullah." Nabi saw berkata, "Bawalah aku kepada mereka."
Beliau hendak berdiri tetapi tidak bisa, maka beliau
disiram air tujuh kali agar sadar, selanjutnya beliau dibawa ke masjid ke atas
mimbar. Inilah khutbah terakhir di mana beliau berkata, "Wahai manusia
sepertinya kalian mengkhawatirkanku." Mereka menjawab, "Benar ya
Rasulullah." Rasulullah saw bersabda, "Wahai manusia, dunia bukanlah
pertemuan kalian denganku akan tetapi pertemuan kalian denganku adalah di
telaga. Demi Allah seolah-olah diriku melihatnya dari tempat ini. wahai
manusia, demi Allah bukan kemiskinan yang aku takutkan atas kalian, akan tetapi
yang aku takutkan atas kalian adalah dunia. Kalian berlomba-lomba padanya
sebagaimana orang-orang sebelum kalian juga berlomba-lomba padanya. Maka ia
membinasakan kalian seperti ia telah membinasakan mereka."
Beliau melanjutkan, "Wahai manusia bertakwalah
kepada Allah pada wanita aku mewasiatkan agar kalian berbaik-baik kepada
wanita." Kemudian beliau melanjutkan, "Wahai manusia sesungguhnya
seorang hamba diberi pilihan oleh Allah antara dunia dan apa yang ada di
sisiNya maka dia memilih apa yang ada di sisiNya." Tidak seorang pun yang
mengerti siapa hamba tersebut, padahal maksud Nabi saw adalah dirinya sendiri,
kecuali Abu Bakar. Ketika Abu Bakar mendengar ucapan Rasulullah saw, dia tidak
mampu menahan dirinya, tangisannya terdengar di seluruh masjid, dia memotong
ucapan Rasulullah saw, "Ya Rasulullah, kami mengorbankan bapak-bapak kami
untukmu, ya Rasulullah kami mengorbankan ibu-ibu kami untukmu, ya Rasulullah
kami mengorbankan istri-istri kami untukmu, ya Rasulullah kami mengorbankan
harta-harta kami untukmu." Abu Bakar mengulang-ulang ucapannya. Maka
orang-orang melihatnya dengan kejengkelan, bagaimana dia berani memotong
pembicaraan Rasulullah saw. Rasulullah saw meneruskan, "Wahai manusia,
tidak seorang pun dari kalian yang memiliki jasa kepada kami kecuali kami telah
membalasnya, kecuali Abu Bakar, aku tidak kuasa membalasnya, maka aku menyerahkannya
kepada Allah Taala. Semua pintu ke masjid hendaknya ditutup kecuali pintu Abu
Bakar, ia tidak ditutup untuk selama-lamanya."
Beliau dipapah pulang ke rumah. Datanglah Abdur Rahman
bin Abu Bakar dengan siwak di tangannya. Aisyah berkata, "Dari pandangan
kedua matanya aku mengerti bahwa beliau menginginkan siwak. Maka aku mengambil
siwak dari tangan Abdur Rahman dan melunakkannya terlebih dahulu dengan
mulutku, seterusnya aku berikan kepada Nabi saw. Jadi ludahku adalah sesuatu
yang paling terakhir yang masuk ke dalam mulut Rasulullah saw."
Putri Rasulullah saw Fatimah datang, dia menangis, dia
menangis karena dia terbiasa setiap kali datang kepada Nabi saw, Nabi saw
berdiri menyambutnya dan mencium keningnya, akan tetapi kali ini Nabi saw tidak
kuasa berdiri untuknya. Rasulullah saw berkata kepada Fatimah,
"Mendekatlah kemari wahai Fatimah." Rasulullah saw berbisik kepadanya
di telinganya, maka Fatimah menangis. Kemudian beliau berkata kepadanya untuk
kedua kalinya, "Mendekatlah kemari ya Fatimah." Rasulullah saw
berbisik kepadanya dan Fatimah tertawa. Setelah Rasulullah saw wafat, Fatimah
ditanya tentang hal itu, maka dia menjawab, beliau berkata kepadaku, “Wahai
Fatimah aku mati pada malam ini.” Maka aku menangis. Kemudian beliau berkata
kepadaku, “Wahai Fatimah, kamu adalah keluargaku pertama yang menyusulku.” maka
aku tertawa.
Lalu Nabi saw bersandar di dada Aisyah istrinya. Aisyah
berkata, beliau mengangkat tangannya dan pandangannya ke langit, kedua bibirnya
bergerak, yang terdengar oleh Aisyah adalah, “Bersama orang-orang yang telah
diberi nikmat oleh Allah dari kalangan para nabi, shiddiqin, syuhada` dan
shalihin, ya Allah ampunilah aku dan rahmatilah aku, dan kembalikan aku kepada
ar-Rafiq al-A’la, ya Allah ar-Rafiq al-A’la.” Kata terakhir terulang tiga kali
dan tangannya luruh. Beliau berpulang.
Perisitwa besar ini terjadi di waktu dhuha pada hari
Senin 12 Rabi’ul Awal tahun 11 H, usia beliau padsa saat itu enam puluh tiga
tahun lebih empat hari.
Anas berkata, “Aku tidak pernah melihat satu hari pun yang lebih baik dan lebih bersinar daripada hari kedatangan Rasulullah saw, dan aku tidak melihat satu hari pun yang lebih buruk dan lebih gelap daripada hari kematian Rasulullah saw.”
Oleh Izzudin Karimi (sumber)