Kisah Nabi Isa As; Nabi yang Lahir tanpa Ayah
11/13/2015
Seorang nabi sekaligus manusia pertama di dunia, yakni
Nabi Adam ’alaihis salam, muncul ke alam ini tanpa melalui proses kelahiran
sebagaimana lazimnya. Ia tidak memiliki Bapak dan Ibu. Demikian pula keberadaan
istri Nabi Adam, yaitu Siti Hawa, yang diciptakan dari tulang rusuk Nabi Adam.
Allah SWT kembali menunjukkan kekuasaan-Nya melalui lahirnya Nabi Isa ’alaihis
salam. Nabi Isa tidak mempunyai Ayah. Ia hanya memiliki Ibu bernama Siti
Maryam.
Pada zamannya, Siti Maryam dikenal sebagai seorang
gadis suci yang pandai menjaga diri. Sehari-hari waktunya hanya dihabiskan
sendirian di dalam kamar untuk beribadah kepada Allah SWT. Ia tidak pernah
keluar rumah, apalagi berbicara dengan laki-laki. Tidak ada satu pria pun yang
berani menyentuh kulit tubuhnya. Ia juga berasal dari keturunan dan keluarga
terpandang. Ibunya bernama Hannah, istri Imran. Sewaktu kecil, Siti Maryam
diasuh oleh keluarga Nabi Zakaria ’alaihis salam.
Satu saat, ketika Siti Maryam sedang khusu’ berzikir,
Malaikat Jibril mendatanginya. Siti Maryam terkejut. Malaikat Jibril
menjelaskan bahwa kehadirannya membawa kabar gembira. Menurut Malaikat Jibril,
tidak lama lagi Siti Maryam akan memperoleh seorang bayi lelaki istimewa
bernama Isa Al-Masih. Dinamakan Al-Masih karena Nabi Isa mengusap bumi dan
membersihkan serta usahanya untuk menyelamatkan agama dari berbagai fitnah pada
zamannya. Siti Maryam justru semakin takut. Tubuhnya bertambah gemetar. Ia
terus berdoa, meminta perlindungan kepada Allah SWT. Malaikat Jibril kemudian
meniupkan roh ke dalam perut Siti Maryam, lalu menghilang, dan berganti menjadi
cahaya yang terang benderang.
Siti Maryam termenung diliputi kesedihan. Ia berkata
dalam hati, mana mungkin dirinya bisa hamil, padahal belum menikah dan tidak
mempunyai suami. Hari demi hari, perutnya bertambah buncit. Rupanya ia
benar-benar hamil. Anehnya, ia tidak merasa sakit atau ngidam, layaknya wanita
hamil. Siti Maryam bingung, bagaimana menjelaskan semua ini kepada keluarga maupun
masyarakatnya. Pasti tidak akan ada orang yang mempercayai, pikirnya.
Bayi yang Bisa Berbicara
Detik-detik kelahiran Siti Maryam sebentar lagi. Ia
mendapat petunjuk dari Allah SWT supaya meninggalkan rumah dan kampungnya. Siti
Maryam berjalan melewati banyak orang. Tak pelak gemparlah seluruh warga.
Mereka terkejut melihat Siti Maryam sudah berbadan dua. Cemoohan dan caci maki
sontak keluar dari mulut mereka. Mereka menuduh Siti Maryam telah berbuat zina.
Mereka menyebut Siti Maryam perempuan tak berguna alias pelacur. Siti Maryam
tidak menanggapi, meski telinganya panas dan hatinya perih. Kedua kakinya terus
melangkah mantap, tanpa tujuan pasti.
Tibalah Siti Maryam di suatu tempat yang jauh dari
kampungnya dan tanahnya belum pernah diinjak siapapun. Di situ banyak tumbuh
pohon kurma. Ia memilih duduk bersandar, beristirahat di bawah pohon kurma yang
besar dan tinggi. Tiba-tiba ia merasakan sakit pada perutnya. Akhirnya, ia
melahirkan seorang bayi lelaki berwajah tampan, berkulit lembut dan putih. Seluruh
proses kelahirannya tidak dibantu oleh dukun bayi, bidan maupun dokter. Selain
itu, tidak ada orang yang melihat dan mengetahuinya. Tercatat dalam sejarah,
Nabi Isa ’alaihis salam dilahirkan pada tahun 622 sebelum hijriah atau sebeluh
masehi.
Belum hilang rasa letihnya setelah melahirkan, Siti
Maryam putus asa ingin mengakhiri hidup. Ia merasa malu karena harus menanggung
beban berat sepanjang hidupnya. Namun, anak yang baru dilahirkan itu spontan
berkata, ”Ibu jangan bersedih hati. Semua ini karunia dari Allah SWT. Ibu,
tolong gerakkan pohon kurma itu. Nanti makanan, minuman dan buah yang matang
akan mendekati kita, kemudian makanlah. Niscaya hati Ibu menjadi tenang.” Siti
Maryam seketika tersadar, kemudian memuji kebesaran Allah SWT.
Zaman Pembunuhan Bayi Lelaki
Beberapa waktu setelah tinggal di tempat
peristirahatan, Siti Maryam berencana pulang ke rumahnya. Ia menggendong
anaknya penuh cinta dan kasih sayang. Memasuki gerbang perkampungannya pada
sore hari, orang-orang yang sedang berkumpul langsung menghampirinya. Mereka
mengerubungi Siti Maryam sekalian menanyakan identitas bocah itu. Tetapi Siti
Maryam tidak menjawabnya, sebab sudah niat berpuasa tidak mau bicara kepada
siapapun. Mereka malah menyindir, meledek dan memfitnah Siti Maryam. Bahkan ada
sebagian orang yang ingin mengusir Siti Maryam.
Siti Maryam hanya memberi isyarat supaya orang-orang
bertanya kepada bayi yang berada dalam dekapannya. Seketika bayi itu menjawab,
”Aku Isa Al-Masih, hamba Allah SWT yang akan diberi Kitab Injil. Suatu hari aku
akan dijadikan nabi dan utusan-Nya untuk mengembalikan kalian ke jalan Allah
SWT, memerintahkan shalat dan menunaikan zakat. Aku juga akan berbakti kepada
Ibuku.” Orang-orang yang mendengar pernyataannya spontan tampak pucat wajahnya.
Mereka tidak menyangka bayi yang baru lahir beberapa hari bisa berbicara secara
lancar.
Kabar adanya bayi ajaib milik Siti Maryam segera
menyebar ke penjuru negeri, termasuk sampai ke telinga para pendeta dan
pembesar Yahudi. Kehidupan dan perilaku masyarakat yang selama ini sudah
melenceng dari ajaran Nabi Musa ’alaihis salam dan Nabi Daud ’alaihis salam
bakal segera diluruskan. Oleh karena itu, para pendeta dan pembesar Yahudi
memerintahkan pengawalnya untuk menangkap Siti Maryam beserta bayinya. Selain
itu, mereka mencari perempuan yang akan melahirkan dan membunuh setiap bayi
laki-laki yang baru dilahirkan.
Siti Maryam sudah diberitahu oleh seseorang terkait
informasi penting tersebut. Malam harinya, Siti Maryam menggendong Nabi Isa
keluar dari Palestina menuju ke Mesir. Ia sangat khawatir para pengawal akan
menemukan jejak, kemudian menghunuskan pedang ke tubuhnya dari arah belakang.
Namun Allah SWT sudah berjanji untuk menjaganya. Setelah menempuh perjalanan
yang melelahkan, selamatlah keduanya tiba di Mesir, negeri yang dipenuhi
kebaikan dan kemuliaan. Nabi Isa tumbuh dan menjalani masa kecilnya dengan
bahagia. Ia menuntut ilmu, menghadiri pertemuan serta berdiskusi dengan ulama.
Skenario Untuk Nabi Isa
Suatu hari seseorang menemui Siti Maryam. Dia
memberitahu Siti Maryam agar kembali ke Palestina, sebab pendeta dan pembesar
Yahudi yang ingin membunuhnya sudah mati. Dalam tempo singkat, Siti Maryam dan
Nabi Isa yang menjadi dewasa sudah berada di tanah kelahirannya. Nabi Isa mulai
berdakwah. Mula-mula kepada orang-orang yang dikenalnya. Ia menyerukan mereka
kembali beribadah dan mengesakan Allah SWT. Mereka dianjurkan untuk
meninggalkan memuja patung serta tidak mendewa-dewakan uang dan emas.
Selain itu, pada hari Sabtu Nabi Isa keluar rumah untuk
memetik buah-buahan, kemudian memberikannya kepada orang yang kelaparan dan
kaum fakir. Pada hari Sabtu, Nabi Isa juga menyalakan api untuk wanita-wanita
tua, sehingga mereka tidak mati kedinginan. Padahal menurut keyakinan kaum
Yahudi saat itu, hari Sabtu adalah hari suci. Maksudnya, mereka tidak boleh
melakukan kegiatan apapun kecuali menyembah berhala. Di tempat peribadatan yang
dipenuhi domba dan burung merpati itu, warga Yahudi seperti sedang meminta
pengampunan dosa kepada para pendeta.
Nabi Isa sangat sedih melihat kenyataan tersebut.
Sebab, banyak rakyat miskin yang tidak mampu untuk membayar pendeta agar
mengampuni dosa dan kesalahannya. Nabi Isa yang terbiasa hidup sederhana terus
mensyiarkan ajarannya. Sedikit demi sedikit para pengikutnya kian bertambah.
Pada pendeta yang mulai berkurang wibawa maupun jumlah umatnya merasa kesal,
sebab pendapatan mereka ikut menurun. Mereka menuduh Nabi Isa sebagai penyebab
semua itu. Mereka merancang skenario khusus untuk menyingkirkan, mengusir,
bahkan jika perlu membunuh Nabi Isa.
Seorang pengikut Nabi Isa yang mengetahui rencana itu
menginformasikan kepada Nabi Isa. Nabi Isa beserta beberapa pengikutnya
kemudian bersembunyi di suatu tempat. Namun, seorang sahabat dekat Nabi Isa
membocorkan tempat persembunyian Nabi Isa kepada para pendeta. Akhirnya para
pendeta dan pendukungnya berhasil menangkap sahabat dekat Nabi Isa yang
wajahnya sangat mirip dengan Nabi Isa. Orang itu kemudian dibunuh dengan cara
disalib ditiang kayu. Padahal, Nabi Isa yang asli dan belum menikah itu telah
diselamatkan oleh Allah SWT ke langit.