Senyuman Terakhir Rasulullah saw. kepada Umatnya
11/24/2015
Sebelum
Rasulullah saw. benar-benar jatuh sakit, beliau masih sempat bergurau dengan
Aisyah ra. hingga membuatnya cemburu berat. Namun rupanya apa yang
dikeluhkannya kepada Aisyah tentang pusing kepalanya benar-benar pusing yang
berkepanjangan hingga membuat beliau jatuh sakit.
Sewaktu
Rasulullah saw. sakit, beliau tidak bisa mengimami salat Subuh. Ini diakibatkan
sakit beliau yang parah sampai beliau tidak mampu berdiri. Sehingga salat
jama’ah Subuh yang biasa beliau imami, kali ini tidak dapat beliau lakukan.
Akhirnya, salat jamaah Subuh diimami oleh Abu Bakar, sebagai pengganti beliau.
Melihat
Abu Bakar yang mengimami salat Subuh berjamaah dengan para sahabat yang lain,
Rasulullah saw. tersenyum penuh kegembiraan. Ini sebagai isyarat bahwa
pengganti beliau setelah wafat telah ada, yaitu Abu Bakar. Sebagaimana yang
diceritakan oleh Anas bin Malik.
Peristiwa
itu terjadi pada hari Senin, yaitu hari wafatnya Rasulullah saw.. Beliau keluar
serta memandang kepada orang-orang yang tengah menunaikan salat Subuh.
Beliau
mengangkat tabir, membuka pintu serta kemudian berdiri dengan dibantu dua
sahabatnya di pintu rumah Aisyah.
Para
sahabat yang sedang melakukan ibadah itu hampir saja terganggu saat menunaikan
salat Subuh ketika mereka menyaksikan beliau berdiri di depan pintu rumahnya
sebagai bentuk luapan kegembiraan. Mereka mengira bahwa Rasulullah saw. telah
sembuh dari sakitnya.
Namun
beliau memberikan isyarat kepada mereka agar mereka melanjutkan salatnya, tidak
perlu menunggu beliau. Melihat sikap mereka dalam menunaikan salat tersebut,
Rasulullah saw. pun tersenyum.
Aku
belum pernah melihat sika orang-orang yang salat serapi dan sebaik, seperti
seketika itu.
Setelah
melaksanakan salat Subuh, kaum muslimin pulang ke rumah masing-masing. Dalam
hati mereka tertanam keyakinan bahwa Rasulullah telah sembuh dari sakitnya.
Demikian pula menurut pemikiran Abu Bakar ash-Shiddiq. Setelah mengimami salat
Subuh, menggantikan Rasulullah saw., ia segera pulang ke rumah keluarganya di
pemukiman Sanah, yang letaknya tidak seberapa jauh dari Madinah. Karena Abu Bakar
mengira bahwa setelah ini, Rasulullah bisa berjamaah bersama kaum muslimin lagi
sebagaimana biasanya.
Tidak
lama kemudian, sampailan berita sedih yang sangat mengejutkan kaum muslimin,
yaitu wafatnya Rasulullah saw.. Hampir-hampir kaum muslimin tidak mempercayai
berita tersebut. Apalagi Abu Bakar yang jelas-jelas melihat seulas senyum di
bibir Rasulullah Subuh tadi. Rupanya, senyum Rasulullah itu merupakan senyum
beliau yang terakhir.
Kesedihan
Abu Bakar jelas tak bisa dilukiskan. Rupanya, senyuman Rasulullah saw. kepada
kaum musliman yang berjamaah di masjid adalah persembahan termanis dari beliau
untuk umatnya. Ya.. sebuah senyuman perpisahan.
Haqiqi
AK dalam Senyum dan Gurauan Rasulullah saw.