-->

Inilah Pengaruh Animisme terhadap Kehidupan Umat Islam 2

e. Rambut Pemikat

Rambut dalam masyarakat modern seringkali dianggap sebagai mahkota manusia. Tapi lain hal menurut pandangan masyarakat animis. Rambut menurut mereka adalah sesuatu yang bisa membawa kekuatan. Sebab itu, mereka seringkali menggunakan rambut sebagai obat, pemikat jodoh, atau pembawa ruh manusia seperti yang sering dilakukan seorang dukun.

Anehnya, kepercayaan seperti itu juga menyebar dalam sebagian masyarakat Islam. Padahal, menurut pandangan Islam, perbuatan itu musyrik dan bid’ah. Satu supaya agar umat Islam tidak melakukan hal yang demikian itu, sebaiknya perhatikan sabda Rasulullah saw. berikut.

“Hati-hatilah dari perbuatan yang berlebihan dalam Islam karena sesungguhnya kehancuran umat-umat di masa lampau akibat perbuatan yang berlebih-lebihan.” (H.R. Ahmad)

f. Sentuhan Tangan

Di antara pengaruh animisme yang telah merasuki kehidupan umat Islam adalah kepercayaan seseorang terhadap adanya zat ruh pada tangan manusia. Sebab itu, ada masyarakat yang menganggap bahwa sentuhan tangan seseorang bisa menjadi obat bagi yang sakit.

Ajaran tersebut jelas tidak terdapat dalam Islam. Islam tidak menganggap bahwa sentuhan tangan punya pengaruh mistis. Bila ada yang beranggapan bahwa Rasulullah saw. telah melakukan hal seperti itu, sesungguhnya anggapan itu tidak tepat. Dalam riwayatnya,  memang benar Rasulullah saw. pernah mengusap-usapkan  tangannya kepada seseorang yang sedang sakit. Tapi maksudnya bukan menunjukkan bahwa tangan beliau itu sakti sehingga sentuhannya dapat menyembuhkan si sakit. Yang benar, saat itu Rasulullah saw. berdoa untuk si sakit sambil mengusap-usapkan tangannya. Seperti dijelaskan oleh Siti Aisyah ra.

“Sesungguhnya Rasulullah saw. menjenguk saudaranya. Beliau mengusapkan tangan kanannya lalu berdoa, ‘Ya Allah, penguasa seluruh manusia, hilangkanlah kesakitan ini. Engkau yang menyembuhkan, tiada kesembuhan melainkan dari Engkau yaitu suatu penyembuhan yang mampu menghilangkan penyakit.’” (H.R. Bukhari-Muslim)

g. Bayangan Manusia

Dalam masyarakat animisme, ada suatu pandangan bahwa seseorang itu pantang menginjak bayangan orang lain atau makan di atas bayangan tersebut. Sebab, menurut mereka, bayangan itu merupakan penjelmaan dari ruh manusia. Melalui bayangan, orang bisa memanggil ruh orang lain dengan cara menyebutkan namanya. Seorang dukun seringkali menggunakan air (dalam sebuah tempat) sebagai alat untuk melihat bayangan orang yang diramalkannya. Jika bayangan itu tampak, berarti orang tersebut bakal datang. Dan, sebaliknya.

Faham tersebut itu tidak ada dalam konsepsi Islam. Menurut Islam, terjadinya bayangan pada diri manusia itu karena adanya cahaya matahari, bulan, api dan sebagainya. Dan, benda-benda itu tidak lebih sebagai ciptaan dan tanda kebesaran Allah, yang mempunyai fungsi sangat bermanfaat bagi kehidupan manusia.

h. Kupu-Kupu Masuk Rumah

Ajaran animisme juga menganggap bahwa ruh manusia itu merupakan sesuatu yang sangat enteng seperti kupu-kupu ang bisa terbang ke mana-mana. Sebab itu, muncullah kepercayaan termasuk pada sebagian masyarakat Islam sekarang, bahwa kupu-kupu yang masuk ke dalam rumah merupakan suatu tanda bakal datangnya tamu karena kupu-kupulah yang membawa ruh si tamu itu.

Dalam Islam, ajaran seperti itu sama sekali tidak ada. Kalaupun dalam al-Qur’an ada ayat yang berbunyai ‘kalfarasyil mabtsus’ (bagai kupu-kupu yang beterbangan) dalam surah al-Qari’ah ayat 4, itu hanya merupakan gambaran dari hiruk pikuk manusia pada saat terjadinya kiamat.

i. Kesurupan

Menghormati ruh leluhur merupakan keharusan bagi masyarakat animism. Mereka beranggapan, kalau seseorang tidak menghormati leluhurnya, ia akan kemasukan ruh tersebut (kesurupan). Ruh para leluhur itu, menurut mereka bisa memberi petunjuk kepada hal-hal yang rahasia (ghaib). Maka di saat orang kesurupan, ia akan melakukan ucapan-ucapan yang menyerupai suara leluhurnya, yang berupa petunjuk-petunjuk bagi yang hidup. Dan orang tersebut akan sembuh dari kesurupannya setelah ruh leluhur meninggalkannya.

Orang kesurupan biasanya seperti orang gila (mabuk) dan berbicara dengan suara samar, terkadang menyerupai orang-orang yang sudah meninggal. Untuk mengobatinya, biasanya dilakukan oleh dukun  yang ahli yang disebut ‘sesepuh’ atau ‘embah kolot.’ Yang menjadi ‘embah kolot’ tidak mesti yang tua. Yang muda pun bisa asal dari keturunan leluhur (keruhun). Satu contohadalah ‘Pak Kolot Adang’ di Kampung Urug, Cigudeg, Bogor. Meski ia baru berusia sekitar tiga puluh tahun, tapi sudah dinobatkan sebagai sesepuh atau embah kolot.

Bila ditinjau dari hukum Islam, kesurupan merupakan perbuatan yang ditolak. Hal itu mustahil terjadi sebab secara aqli, ruh si mati dan ruh manusia hidup berada pada tempat yang berbeda. Ruh si mati berada di alam barzakh yang bersifat aqli, sedangkan ruh manusia hidup berada di alam dunia yang hissi, yang tak dapat ditemukan oleh kecerdasan akal sekalipun. Ihwa hakikat ruh ini, hanya Allah yang mengetahui, sebagaimana firmanNya.

“Dan mereka bertanya kepadamu tentang ruh. Katakanlah, ‘ruh itu termasuk urusan Tuhanku…” (Q.S. al-Isra: 85)
(Lihat: Inilah Pengaruh Animisme terhadap Kehidupan Umat Islam 1)

Daftar Bacaan

Harun Nasution, Filsafat Agama. Bulan Bintang: Jakarta
Badruddin Hsubky, Bid’ah-Bid’ah di Indonesia

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel