Inilah Pengaruh Animisme terhadap Kehidupan Umat Islam 2
11/24/2015
e.
Rambut Pemikat
Rambut
dalam masyarakat modern seringkali dianggap sebagai mahkota manusia. Tapi lain
hal menurut pandangan masyarakat animis. Rambut menurut mereka adalah sesuatu
yang bisa membawa kekuatan. Sebab itu, mereka seringkali menggunakan rambut
sebagai obat, pemikat jodoh, atau pembawa ruh manusia seperti yang sering
dilakukan seorang dukun.
Anehnya,
kepercayaan seperti itu juga menyebar dalam sebagian masyarakat Islam. Padahal,
menurut pandangan Islam, perbuatan itu musyrik dan bid’ah. Satu supaya agar
umat Islam tidak melakukan hal yang demikian itu, sebaiknya perhatikan sabda
Rasulullah saw. berikut.
“Hati-hatilah
dari perbuatan yang berlebihan dalam Islam karena sesungguhnya kehancuran
umat-umat di masa lampau akibat perbuatan yang berlebih-lebihan.” (H.R. Ahmad)
f.
Sentuhan Tangan
Di
antara pengaruh animisme yang telah merasuki kehidupan umat Islam adalah
kepercayaan seseorang terhadap adanya zat ruh pada tangan manusia. Sebab itu,
ada masyarakat yang menganggap bahwa sentuhan tangan seseorang bisa menjadi
obat bagi yang sakit.
Ajaran
tersebut jelas tidak terdapat dalam Islam. Islam tidak menganggap bahwa
sentuhan tangan punya pengaruh mistis. Bila ada yang beranggapan bahwa
Rasulullah saw. telah melakukan hal seperti itu, sesungguhnya anggapan itu
tidak tepat. Dalam riwayatnya, memang
benar Rasulullah saw. pernah mengusap-usapkan
tangannya kepada seseorang yang sedang sakit. Tapi maksudnya bukan
menunjukkan bahwa tangan beliau itu sakti sehingga sentuhannya dapat
menyembuhkan si sakit. Yang benar, saat itu Rasulullah saw. berdoa untuk si
sakit sambil mengusap-usapkan tangannya. Seperti dijelaskan oleh Siti Aisyah
ra.
“Sesungguhnya
Rasulullah saw. menjenguk saudaranya. Beliau mengusapkan tangan kanannya lalu
berdoa, ‘Ya Allah, penguasa seluruh manusia, hilangkanlah kesakitan ini. Engkau
yang menyembuhkan, tiada kesembuhan melainkan dari Engkau yaitu suatu
penyembuhan yang mampu menghilangkan penyakit.’” (H.R. Bukhari-Muslim)
g.
Bayangan Manusia
Dalam
masyarakat animisme, ada suatu pandangan bahwa seseorang itu pantang menginjak
bayangan orang lain atau makan di atas bayangan tersebut. Sebab, menurut
mereka, bayangan itu merupakan penjelmaan dari ruh manusia. Melalui bayangan,
orang bisa memanggil ruh orang lain dengan cara menyebutkan namanya. Seorang
dukun seringkali menggunakan air (dalam sebuah tempat) sebagai alat untuk
melihat bayangan orang yang diramalkannya. Jika bayangan itu tampak, berarti
orang tersebut bakal datang. Dan, sebaliknya.
Faham
tersebut itu tidak ada dalam konsepsi Islam. Menurut Islam, terjadinya bayangan
pada diri manusia itu karena adanya cahaya matahari, bulan, api dan sebagainya.
Dan, benda-benda itu tidak lebih sebagai ciptaan dan tanda kebesaran Allah,
yang mempunyai fungsi sangat bermanfaat bagi kehidupan manusia.
h.
Kupu-Kupu Masuk Rumah
Ajaran
animisme juga menganggap bahwa ruh manusia itu merupakan sesuatu yang sangat
enteng seperti kupu-kupu ang bisa terbang ke mana-mana. Sebab itu, muncullah
kepercayaan termasuk pada sebagian masyarakat Islam sekarang, bahwa kupu-kupu
yang masuk ke dalam rumah merupakan suatu tanda bakal datangnya tamu karena
kupu-kupulah yang membawa ruh si tamu itu.
Dalam
Islam, ajaran seperti itu sama sekali tidak ada. Kalaupun dalam al-Qur’an ada
ayat yang berbunyai ‘kalfarasyil mabtsus’ (bagai kupu-kupu yang beterbangan)
dalam surah al-Qari’ah ayat 4, itu hanya merupakan gambaran dari hiruk pikuk
manusia pada saat terjadinya kiamat.
i.
Kesurupan
Menghormati
ruh leluhur merupakan keharusan bagi masyarakat animism. Mereka beranggapan,
kalau seseorang tidak menghormati leluhurnya, ia akan kemasukan ruh tersebut
(kesurupan). Ruh para leluhur itu, menurut mereka bisa memberi petunjuk kepada
hal-hal yang rahasia (ghaib). Maka di saat orang kesurupan, ia akan melakukan
ucapan-ucapan yang menyerupai suara leluhurnya, yang berupa petunjuk-petunjuk
bagi yang hidup. Dan orang tersebut akan sembuh dari kesurupannya setelah ruh
leluhur meninggalkannya.
Orang
kesurupan biasanya seperti orang gila (mabuk) dan berbicara dengan suara samar,
terkadang menyerupai orang-orang yang sudah meninggal. Untuk mengobatinya,
biasanya dilakukan oleh dukun yang ahli
yang disebut ‘sesepuh’ atau ‘embah kolot.’ Yang menjadi ‘embah kolot’ tidak
mesti yang tua. Yang muda pun bisa asal dari keturunan leluhur (keruhun). Satu contohadalah
‘Pak Kolot Adang’ di Kampung Urug, Cigudeg, Bogor. Meski ia baru berusia
sekitar tiga puluh tahun, tapi sudah dinobatkan sebagai sesepuh atau embah
kolot.
Bila
ditinjau dari hukum Islam, kesurupan merupakan perbuatan yang ditolak. Hal itu
mustahil terjadi sebab secara aqli, ruh si mati dan ruh manusia hidup berada
pada tempat yang berbeda. Ruh si mati berada di alam barzakh yang bersifat
aqli, sedangkan ruh manusia hidup berada di alam dunia yang hissi, yang tak
dapat ditemukan oleh kecerdasan akal sekalipun. Ihwa hakikat ruh ini, hanya
Allah yang mengetahui, sebagaimana firmanNya.
“Dan
mereka bertanya kepadamu tentang ruh. Katakanlah, ‘ruh itu termasuk urusan
Tuhanku…” (Q.S. al-Isra: 85)
(Lihat: Inilah Pengaruh Animisme terhadap Kehidupan Umat Islam 1)
(Lihat: Inilah Pengaruh Animisme terhadap Kehidupan Umat Islam 1)
Daftar
Bacaan
Harun
Nasution, Filsafat Agama. Bulan Bintang: Jakarta
Badruddin
Hsubky, Bid’ah-Bid’ah di Indonesia