-->

Orang yang Ingin Bercocok Tanam di Surga itu pasti Orang Quraish

Orang-orang badui adalah orang-orang Arab pedalaman yang mempunyai sifat lugu dan polos. Apalagi mereka yang baru mengenal Islam. Maka pertanyaan-pertanyaan yang mereka ajukan kepada Rasulullah pun amat lucu kedengarannya. Oleh sebab itulah, Rasulullah saw. pun sering bercanda dengan mereka.

Terlebih, Rasulullah saw. adalah seorang yang familier dan ramah saat bergaul. Sikap ramah itu pun kadang dibalut dengan canda saat memberikan kisah-kisah keagamaan sehingga menjadikan hubungan Rasulullah saw. dan para sahabatnya tidak kaku. Akibatnya, banyak sekali orang yang suka terhadap beliau tersebab hal tersebut. 

Seperti yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah ra. bahwa suatu ketika Rasulullah saw. bercerita di hadapan para sahabatnya. Di antara para sahabat yang hadir saat itu adalah orang-orang badui. Dalam ceritanya, Rasulullah saw. mengisahkan tentang seorang penghuni surga yang memohon kepada Allah agar diizinkan untuk bercocok tanam. Kemudian Allah swt. pun mengingatkan orang tersebut bahwa semua yang diinginkannya di Surga sudah ada dan tersedia untuknya. Tetapi orang tadi mengatakan bahwa ia memiliki kegemaran untuk bercocok tanam.

Segera saja diambilnya sebuah biji lalu ditanamnya. Tidak beberapa lama kemudian, tumbuh menjadi besar, berbuah, kemudian dipanen. Karena apa yang diinginkannya telah tersedia di Surga, maka hasil dari bercocok tanam orang itu pun tidak bermanfaat. Pada akhirnya hanya menumpuk hingga setinggi gunung.

Allah swt. kemudian berkata kepadanya, “Semua itu tidak akan menjadikan kamu kenyang, maka ambillah yang lain.”

Ketika cerita Rasulullah saw. itu sampai disini, tiba-tiba orang Badui yang hadir itu berkata menyelai cerita Rasulullah saw., “Ya Rasulullah, orang itu pasti orang Quraisy atau Anshar, sebab mereka gemar bercocok tanam. Adapun kami bukanlah orang-orang yang gemar bercocok tanam.” Mendengar perkataan orang Badui itu, Rasulullah saw. pun tersenyum geli.

Itulah diantara cara Rasulullah saw. menghibur para sahabatnya dengan bercerita terhadap hal-hal yang menyenangkan mereka, namun penuh dengan pendidikan dan akhlakul karimah.

Haqiqi AK dalam Senyum dan Gurauan Rasulullah saw.

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel