Orang yang Ingin Bercocok Tanam di Surga itu pasti Orang Quraish
11/24/2015
Orang-orang
badui adalah orang-orang Arab pedalaman yang mempunyai sifat lugu dan polos.
Apalagi mereka yang baru mengenal Islam. Maka pertanyaan-pertanyaan yang mereka
ajukan kepada Rasulullah pun amat lucu kedengarannya. Oleh sebab itulah,
Rasulullah saw. pun sering bercanda dengan mereka.
Terlebih,
Rasulullah saw. adalah seorang yang familier dan ramah saat bergaul. Sikap
ramah itu pun kadang dibalut dengan canda saat memberikan kisah-kisah keagamaan
sehingga menjadikan hubungan Rasulullah saw. dan para sahabatnya tidak kaku. Akibatnya,
banyak sekali orang yang suka terhadap beliau tersebab hal tersebut.
Seperti
yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah ra. bahwa suatu ketika Rasulullah saw.
bercerita di hadapan para sahabatnya. Di antara para sahabat yang hadir saat
itu adalah orang-orang badui. Dalam ceritanya, Rasulullah saw. mengisahkan
tentang seorang penghuni surga yang memohon kepada Allah agar diizinkan untuk
bercocok tanam. Kemudian Allah swt. pun mengingatkan orang tersebut bahwa semua
yang diinginkannya di Surga sudah ada dan tersedia untuknya. Tetapi orang tadi
mengatakan bahwa ia memiliki kegemaran untuk bercocok tanam.
Segera
saja diambilnya sebuah biji lalu ditanamnya. Tidak beberapa lama kemudian,
tumbuh menjadi besar, berbuah, kemudian dipanen. Karena apa yang diinginkannya
telah tersedia di Surga, maka hasil dari bercocok tanam orang itu pun tidak
bermanfaat. Pada akhirnya hanya menumpuk hingga setinggi gunung.
Allah
swt. kemudian berkata kepadanya, “Semua itu tidak akan menjadikan kamu kenyang,
maka ambillah yang lain.”
Ketika
cerita Rasulullah saw. itu sampai disini, tiba-tiba orang Badui yang hadir itu
berkata menyelai cerita Rasulullah saw., “Ya Rasulullah, orang itu pasti orang
Quraisy atau Anshar, sebab mereka gemar bercocok tanam. Adapun kami bukanlah
orang-orang yang gemar bercocok tanam.” Mendengar perkataan orang Badui itu,
Rasulullah saw. pun tersenyum geli.
Itulah
diantara cara Rasulullah saw. menghibur para sahabatnya dengan bercerita
terhadap hal-hal yang menyenangkan mereka, namun penuh dengan pendidikan dan
akhlakul karimah.
Haqiqi
AK dalam Senyum dan Gurauan Rasulullah saw.