Inilah Keganjilan Mirza Ghulam Ahmad, Pendiri Ahmadiyah
11/29/2015
Allah
swt. akan memuliakan orang yang takwa kepadaNya dan menghinakan orang yang
menentangnya. Kemuliaan dan kehinaan itu ada yang langsung ditunjukkan di dunia
dan ada pula yang ditunda di akhirat nanti.
Perlu
diketahui bahwa, Rasulullah saw. sejah dahulu telah menjelaskan kepada umatnya
bahwa dirinya adalah nabi yang terakhir. Begitu juga, beliau telah
memperingatkan kepada umatnya bahwa setelahnya aka nada sekitar tiga puluhan
pendusta yang akan mengaku-ngaku menjadi nabi setelahnya.
Benar,
setelah beliau meninggal, maka banyak sekali orang-orang yang mengaku-ngaku
menjadi nabi. Tak terkecuali di negeri kita Indonesia ini. Sebagian dari mereka
ada yang mengaku menjadi nabi setelah bermimpi, sebagian lagi setelah
bersemedi, dan sebagian lagi setelah mengalami kejadian tertentu. Setelah itu,
mereka pun membuat ‘kitab suci’ karangan sebagai penguatnya. Sebagian lagi,
berfatwa dengan fatwa yang ‘asal-asalan’. Akibatnya, orang-orang bodoh pun
terpedaya dan tertipu dengan tipu muslihatnya. Kekayaan para pengikutnya
dikeruk, kehormatan mereka dinista, dan penyesalan pun didapat setelahnya.
Begitulah liku-liku orang yang mengaku-ngaku menjadi nabi, yang banyak dijumpai
di Indonesia.
Salah
satu orang yang mendakwahkan diri menjadi nabi adalah Mirza Ghulam Ahmad. Dia
berasal dari India dan menamakan kelompoknya sebagai ahmadiyah. Terhadap
kelompok ini, semua ulama sepakan akan kesesatannya. Oleh karenanya, MUI pun
telah mengeluarkan fatwa atas kesesatan kelompok ini.
Namun
demikian, seorang dajjal pun punya pengikut walau sudah sangat jelas fitnahnya.
Demikian pula ahmadiyah. Mereka pun memiliki pengikut, tak terkecuali di
Indonesia ini. Namun walau selalu disembunyi-sembunyikan, Allah swt. akan
selalu menampakkan kecacatan dari pemikiran ganjilnya itu. Maka berikut adalah
keganjilan-keganjilan Mirza Ghulam Ahmad yang dirangkum dari buku Koreksi
terhadap Pemahaman Ahmadiyah yang ditulis oleh Dede A. Nasruddin dengan
penerbit Irsyad Baitus Salam, Bandung.
Bermimpi
menjadi Allah dan menciptakan langit dan bumi yang baru
Mirza
Ghulam berkata:
“Di dalam
tidur, aku bermimpi jadi Allah. Aku yakin bahwa aku adalah Dia (Allah).”
(Tadzkirah, hal. 195)
“… dan
ketika aku dalam keadaan ini, aku berkata, ‘Aku ingin peraturan baru langit
yang baru, dan bumi yang baru,’ maka kemudian aku menciptakan langit dan bumi…”
(Tadzkirah, hal. 197)
Mengaku
menjadi Maryam yang melahirkan Isa
Mirza
Ghulam berkata:
“Saya
adalah yang dimaksud dari perkataan Allah ta’ala, [Dan (ingatlah) Maryam puteri
Imran yang memelihara kehormatannya, maka Kami tiupkan ke dalam rahimnya
sebagian dari ruh Kami… (Q.S. at-Tahrim: 12)]
Karena
sayalah satu-satunya orang yang mengaku bahwa saya adalah Maryam dan ditiupkan
kepadaku ruh Isa.” (Ruhani Khazain juz 22, hal. 351)
Di
halaman yang lain, Mirza Ghulam Ahmad berkata, “Allah telah menjadikan aku
sebagai Maryam selama dua tahun…, kemudian ditiupkan kepadaku ruh Isa
sebagaimana ditiupkan kepada Maryam, maka aku menjadi hamil dalam rupa kiasan.
Setelah beberapa bulan, tidak lewat sepuluh bulan, maka aku berubah dari
keberadaanku sebagai Maryam menjadi Isa. Beginilah aku menjadi Isa putera
Maryam.” (Ruhani Khazain juz 19, hal. 50)
Mirza
Ghulam Ahmad Mencaci Nabi Isa, putera Maryam
Jika
sebelumnya, Mirza mengaku menjadi Maryam, kemudian melahirkan Isa. Maka ia pun
memuji-muji Isa, bahkan mengaku dirinya sebagai Isa, sebagaimana poin kedua di
atas. Akan tetapi pada saat yang lain, dia justru mencacinya sendiri,
sebagaimana tertera dalam kitabnya Ruhani Khazain berikut.
“Sungguh
Isa telah membiasakan perbuatan keji dan lancing lidah. Dia (Isa) suka marah
hanya karena sebab yang sepele, dan dia tidak bisa menahan hawa nafsunya.”
(Ruhani Khazain juz 11, hal. 289)
“Orang-orang
Nasrani telah menulis mengenai banya mukjizatnya (Isa), tetapi sebenarnya dia
(Isa) tidak punya mukjizat.” (Ruhani Khazain juz 11, hal. 290)
“Isa
tidak akan mengakui kesalehan, karena dia tahu bahwa manusia telah pada
mengenalnya sebagai pecandu khamr (arak).” (Ruhani Khazain juz 10, hal. 296)
Ketika
Cinta Mirza Ghulam Ahmad Ditolak Muhammadi Begum
Ketika
Mirza Ghulam hampir berumur 60 tahun, dia jatuh cinta kepada salah seorang
gadis yang masih familinya yang bernama Muhammadi Begum. Dia adalah seorang
muslimah yang tidak membenarkannya.
Sudah
beberapa kali Mirza melamarnya, tetapi gadis tersebut selalu menolak
lamarannya, bahkan ia menikah dengan laki-laki lain. Akhirnya, Mirza pun marah
dan mengancamnya seraya mengatakan bahwa Allah telah member wahyu kepadanya
yang berbunyi:
“Sesungguhnya
Kami akan membinasakan suaminya sebagaimana Kami membinasakan ayahnya, dan Kami
akan mengembalikan dia (gadis tersebut) padamu.” (Tadzkirah, hal 226)
“Sesungguhnya
dia (Muhammadi Begum) akan menjadi janda, suami dan ayahnya akan mati setelah
tiga tahun dari hari pernikahan, kemudian Kami akan mengembalikan dia kepadamu
sesudah kematiannya seorang mereka berdua bukanlah dari orang-orang yang
menjaga.” (Tadzkirah, hal. 166)
Namun
pada kenyataannya, setelah tiga tahun, Muhammadi Begum tidak menjadi janda dan
suaminya pun tidak mati. Namun justru, Mirza Ghulamlah yang mati duluan.
Pernyataan
Mirza Ghulam sebagai Antek Penjajah Inggris
Perlu
diketahui bahwa saat kemunculan Mirza, India menjadi salah satu Negara jajahan
Inggris. Orang-orang Islam disana bahu membahu mengusir sang penjajah dengan
tekad kuat dalam semangat jihad. Namun, Mirza Ghulam hendak memadamkan semangat
jihad tersebut dengan ‘agama barunya’, ahmadiyah. Mirza Ghulam berkata,
“Tidak
samar atas pemerintah yang diberkahi ini (Inggris). Saya adalah termasuk dari
para pelayannya, para penasehatnya, dan para pendoa bagi kebaikannya sejak
dahulu dan aku datang kepadanya di setiap waktu dengan hati yang tulus…”
(Ruhani Khazain juz 8, hal. 36)
“Sungguh
aku telah menghabiskan kebanyakan umurku dalam mendukung dan membantu
pemerintah Inggris. Dan, di dalam mencegah jihad dan mentaati pemerinah
(Inggris), aku telah mengarang buku-buku, pengumuman-pengumuman, brosur-brosur
yang kalau dikumpulkan akan memenuhi lima puluh lemari.” (Ruhani Khazain juz
15, hal. 155)