Imam Syafi'i itu Syi'ah; Penjelasan Lengkap
11/19/2015
Imam Syafi’I
ra. telah bersaksi atas dirinya sendiri bahwa dia adalah seorang rafidhi,
sebagaimana dalam bait syairnya:
إِنْ كَانَ رَفْضًا
حُبُّ آلِ مُحَمَّدٍ # فَلْيَشْهدْ الثَّقَلاَنِ أَنِّىْ رَافِضِيٌّ
“Jika rafidhah itu adalah mencintai keluarga Muhammad, maka hendaknya dua makhluk (jin dan manusia) bersaksi bahwa aku adalah seorang rafidhi.”
Tak pelak, syair itu pun seakan menjadi senjata ampuh
bagi orang-orang yang tidak bertanggungjawab dengan menyebarkan syubhat di tengah-tengah masyarakat. Anehnya, syubhat ini pun kadang dipakai oleh orang-orang intelek di depan orang-orang awam yang dikhawatirkan terjebak dalam memahami syair dengan tidak tepat.
Namun benarkah syair di atas itu milik imam Syafi’i?
Jika dilihat menurut kepemilikan, benar bahwa Imam
Syafi’ilah yang berkata sebagaimana syair di atas, namun makna di balik syair
itulah yang perlu kita bahas dan telusuri dengan baik:
1.
Pernyataan di atas
sebenarnya adalah bantahan atas orang-orang nawashib yang begitu benci dengan
kaum rafidhah yang pada akhirnya mereka sendiri justru jatuh pada kesalahan
yang lain yaitu membenci keluarga Rasulullah saw.. Maka dari bait syair itu,
imam Syafi’i hendak memperingatkan agar jangan jatuh pada kesalahan yang lain
itu.
Kita
akan mendapati pemahaman yang utuh, jika kita membaca syair imam Syafi’I dengan
utuh pula. Dalam syairnya, imam Syafi’I tidak hanya bersaksi bahwa dirinya itu
rafidhi, tetapi juga nashibi, sebagaimana dalam syair kelanjutannya:
“Jika
nashibi itu adalah mencintai sahabat Muhammad, maka hendaknya dua makhluk (jin
dan manusia) bersaksi bahwa aku adalah seorang nashibi.”
Dari
kelanjutan syair itu, menjadi jelas bahwa imam Syafi’I hendak menasehati kepada
orang-orang syi’ah rafidhah dan orang-orang nawashib agar selalu mencintai
keluarga Rasulullah dan para sahabatnya. Namun lagi-lagi banyak yang gagal memahami pesan imam Syafi’I tersebut.
2. Banyak orang-orang gagal memahami syair imam Syafi’I di atas, karena mereka tidak memahaminya
dengan bahasa Arab, atau pura-pura tidak memahaminya, atau sengaja menebar
‘kepalsuan’ agar orang-orang terpedaya dengannya.
Imam
Syafi’I adalah orang Arab tulen, yang kefasihan bahasa Arabnya tak diragukan
lagi sebagaimana sebanding dengan keluasan dan kedalaman ilmu beliau. Syair
imam Syafi’I di atas selain sebagai bantahan atas orang-orang nawashib, juga
sebenarnya sebagai sindiran atas orang-orang syiah Rafidhah. Namun sayangnya,
banyak yang justru tidak paham atau pura-pura tidak mengerti atas
sindiran itu.
Susunan
bahasa syair imam Syafi’I di atas itu justru mengungkapkan kemustahilan
al-rafdh dimaknai kecintaan kepada keluarga nabi Muhammad saw.. Susunan syair
itu mirip firman Allah:
“Katakanlah, jika benar Tuhan yang Maha Pemurah mempunyai anak, maka Akulah (Muhammad) orang yang mula-mula memuliakan (anak itu).” (Q.S. az-Zukhruf: 81)
Apakah
Anda memahami bahwa ar-Rahman memiliki anak dari ayat di atas? Tidak sungguh,
sekali-kali ar-Rahman tidak memiliki anak.
3.
Di dalam bait yang
lain, imam Syafi’I pun menjawab orang yang tidak memahami syair di atas, dengan
berkata:
قَالُوْ تَرَفَّضْتَ
قُلْتُ كَلاَّ # مَا الرَّفَضُ ديْنىْ وَلاَ اعْتقَادىْ
“Mereka mengatakan ‘kalau begitu Anda telah menjadi Rafidhah?’ Saya katakan, ‘sekali-kali tidak.’ Tidaklah ar-Rafdh (menolak khalifah Abu Bakar dan Umar), tidak juga di atas keyakinan mereka.
Setelah memahami tentang makna syair imam Syafi’I di
atas, maka mari kita lihat perkataan imam Syafi’I tentang syi’ah rafidhah.
Beliau berkata:
لَمْ أَرَ أَحَدًا
اَشْهَدَ بالزُوْر منَ الرَافضَة
“Aku tidak melihat seorang pun yang lebih
berani bersaksi dusta daripada syiah Rafidhah.”
Imam Syafi’I ditanya, “Apakah aku salat di belakang
seorang rafidhi?” maka beliau menjawab, “Jangan kamu salat di belakang seorang
rafidhi.”