Kisah Nabi Syu'aib Alaihissalam dan Penduduk Madyan
11/14/2015
Kaum Madyam, kaumnya Nabi Syu'aib, adalah segolongan
bangsa Arab yang tinggal di sebuah daerah bernama "Ma'an" di pinggir
negeri Syam. Mereka terdiri dari orang-orang kafir tidak mengenal Tuhan Yang
Maha Esa. Mereka mentembah kepada "Aikah" iaitu sebidang padang pasir
yang ditumbuhi beberapa pohon dan tanam-tanaman. Cara hidup dan istiadat mereka
sudah sgt jauh dari ajaran agama dan pengajaran nabi-nabi sebelum Nabi Syu'aib
a.s.
Kemungkaran, kemaksiatan dan tipu menipu dalam
pengaulan merupakan perbuatan dan perilaku yang lumrah dan rutin. Kecurangan
dan perkhianatan dalam hubungan dagang seperti pemalsuan barang, kecurian dalam
takaran dan timbangan menjadi ciri yang sudah sebati dengan diri mereka. Para
pedagang dan petani kecil selalu menjadi korban permainan para
pedagang-pedagang besar dan para pemilik modal, sehingga dengan demikian yang
kaya makin bertambah kekayaannya, sedangkan yang lemah semakin merosot modalnya
dan semakin melarat hidupnya.
Sesuai dengan sunnah Allah sejak Adam diturunkan ke
bumi bahwa dari waktu ke waktu bila manusia sudah lupakan kepada-Nya dan sudah
jauh menyimpang dair ajaran-ajaran nabi-nabi-Nya, dan bila Iblis serta syaitan
sudah menguasai sesuatu masyarakat dengan ajaran dan tuntutannya yang
menyesatkan maka Allah mengutuskan seorang rasul dan nabi untuk memberi
penerangan serta tuntutan kepada mereka agar kembali ke jalan yang lurus dan
benar, jalan iman dan tauhid yang bersih dari segala rupa syirik dan
persembahan yang bathil.
Kepada kaum Madyan diutuslah oleh Allah seorang Rasul
iaitu Nabi Syu'aib, seorang daripada mereka sendiri, sedarah dan sedaging dengan
mereka. Ia mengajak mereka meninggalkan persembahan kepada Aikah, sebuah benda
mati yang tidak bermanfaat atau bermudharat dan sebagai gantinya melakukan
persembahan dan sujud kepada Allah Yang Maha Esa, Pencipta langit dan bumi
termasuk sebidang tanah yang mereka puja sebagai tuhan mereka.
Nabi Syu'aib kepada mereka agar meninggalkan
perbuatan-perbuatan dan kelakukan-kelakuan yang dilarang oleh Allah serta
membawa kerugian bagi sesama manusia serta mengakibat kerusakan dan kebinasaan
masyarakat. Mereka diajak agar berlaku adil dan jujur terhadap diri sendiri dan
terutama terhadap orang lain, meninggalkan perkhianat dan kezaliman serta
perbuatan curang dalam hubungan dagang, perampasan hak milik seseorang dan
penindasan terhadap orang-orang yang lemah dan miskin.
Diingatkan oleh Nabi Syu'aib akan nikmat Allah dan
kurniaan-Nya yang telah memberi mereka tanah subu serta sarana-sarana
kemakmuran yang berlimpah-limpah dengan pertumbuhan jumlah penduduk dan anak
cucu yang pesat. Semuanya itu menurut seruan Nabi Syu'aib, patut diimbangi
dengan rasa bersyukur dan bersembah kepada Allah Maha Pencipta yang akan
melipat gandakan nikmat dan kurnia-Nya kepada orang-orang yang beriman dan
bersyukur.
Diingatkan pula Nabi Syu'aib bahwa mereka tidak mau sadar
dan kembali kepada jalan yang benar mengikuti ajaran dan perintah Allah yang
dibawanya, nescaya Allah akan mencabut nikmat dan kurnia-Nya kepada mereka,
bahkan akan menurunkan azabnya atas mereka di dunia selain seksa dari azab yang
menanti mereka kelak di akhirat bila di bangkitkan kembali dari kubur.
Kepada mereka Nabi Syu'aib dikisahkan seksa dan azab
yang diturunkan oleh Allah terhadap kaum Nuh, kaum Hud, kaum Saleh dan paling
dekat kaum Luth yang kesemua telah menderita dan menjadi binasa akibat
kekafiran, keangkuhan dan keengganan mereka mengikuti ajaran serta tuntutan
nabi-nabi yang diutus Allah kepada Mereka. Diingatkan oleh Nabi Syu'aib agar
mereka beriktibar dan ingat bahwa mereka akan mengalami nasib yang telah
dialami oleh kaum-kaum itu jika mereka tetap melakukan persembahan yang bathil
serta tetap melakukan perbuatan-perbuatan yang buruk dan jahat.
Dakwah dan ajakan Nabi Syu'aib disambut oleh mereka
terutama penguasa, pembesar serta orang-orang kaya dengan ejekan dan olok-olok.
Mereka berkata: "Adakah kerana solatmu, engaku memerintahkan kami
menyembah selain apa yang telah kami sembah sepanjang hayat kami. Persembahan
mana pula telah dilakukan oleh nenek moyang kami dan diwariskan kepada kami.
Dan apakah juga karena solatmu engkau menganjurkan kami meninggalkan cara-cara
hidup sehari-hari yang nyata telah membawa kemakmuran dan kebahagian bagi kami
bahkan sudah menjadi adat istiadat kami turun temurun. Sungguh kami tidak
mengerti apa apa tujuanmu dan apa maksudmu dengan ajaran-ajaran baru yang
engkau bawa kepada kami. Sungguh kami menyaksikan kesempurnaan akalmu dan
keberesan otakmu!"
Ejekan dan olok-olok mereka didengar dan diterima oleh
Syu'aib dengan kesabran dan kelapangan dada. Ia sesekali tidak menyambut
kata-kata kasar mereka dengan marah atau membalasnya dengan kata-kata yang
kasar pula. Ia bahkan makin bersikap lemah lembut dalam dakwahnya dengan
menggugah hati nurani dan akal mereka supaya memikirkan dan merenungkan apa
yang dikatakan dan dinasihatkan kepada mereka. Dan sesekali ia menonjolkan
hubungan darah dan kekeluargaannya dengan mereka, sebagai jaminan bahwa ia
menghendaki perbaikan bagi hidup mereka di dunia dan akhirat dan bukan
sebaliknya. Ia tidak mengharapkan sesuatu balas jasa atas usaha dakwahnya. Ia
tidak pula memerlukan kedudukan atau menginginkan kehormatan bagi dirinya dari
kaumnya. Ia akan cukup merasa puas jika kaumnya kembali kepada jalan Allah,
masyarakatnya akan menjadi masyarakat yang bersih dari segala kemaksiatan dan
adt-istiadat yang buruk. Ia akan menerima upahnya dari Allah yang telah
mengutuskannya sebagai rasul yang dibebani amanat untuk menyampaikan
risalah-Nya kepada kaumnya sendiri.
Kaum Syu'aib akhirnya merasa jengkel dan jemu melihat
Nabi Syu'aib tidak henti-hentinya berdakwah bertabligh pada setiap kesempatan
dan di mana saja ia menemui orang berkumpul. Penghinaan dan ancaman dilontar
kepada Nabi Syu'aib dan para pengikutnya akan diusir dan akan dikeluarkan dari
Madyan jika mereka mau menghentikan dakwahnya atau tidak mau mengikuti agama dan cara-cara hidup mereka.
Berkata mereka kepada Nabi Syu'aib dengan nada
mengejek: "Kami tidak mengerti apa yang kamu katakan. Nasihat-nasihatmu
tidak mempunyai tempat di dalam hati dan kalbu kami. Engkau adalah seorang yang
lemah fizikalnya, rendah kedudukan dalam pengaulan maka tidak mungkin engkau
dapat mempengaruhi atau memimpin kami yang berfizikal lebih kuat dan
berkedudukan yang lebih tinggi drpmu. Cuba tidak kerana kerabatmu yang kami
segani dan hormati, nescaya engkau telah kami rejam dan sisihkan dari pengaulan
kami."
Nabi Syu'aib menjawab: "aku tidak akan hentikan
dakwahku kepada risalah Allah yang telah diamanahkan kepadaku dan jgnlah kamu
mengharapkan bahwa aku mahupun para pengikutku akan kembali mengikuti agamamu
dan adt-istiadatmu setelah Allah memberi hidayahnya kepada kami. Pelindunganku
adalah Allah Yang Maha Berkuasa dan bukan sanad kerabatku, Dialah yang memberi
tugas kepadaku dan Dia pula akan melindungiku dari segala gangguan dan ancaman.
Adakah sanak saudaraku yang engkau lebih segani drp Allah yang Maha
Berkuasa?"
Sejak berdakwah dan bertabligh menyampaikan risalah
Allah kepada kaum Madyan, Nabi Syu'aib berhasil menyedarkan hanya sebahagian
kecil dari kaumnya, sedang bahagian yang terbesar masih tertutup hatinya bagi
cahaya iman dan tauhid yang diajar oleh beliau. Mereka tetap berkeras kepala mempertahankan
tradisi, adt-istiadat dan agama yang mereka warisi dari nenek moyang mereka.
Itulah alasan mereka satu-satunya yang mereka kemukakan untuk menolak ajaran
Nabi Syu'aib dan itulah benteng mereka satu-satunya tempat mereka berlindung
dari serangan Nabi Syu'aib atas persembahan mereka yang bathil dan adat
pengaulan mereka yang mungkar dan sesat. Di samping itu jika mereka sudah
merasa tidak berdaya menghadapi keterangan-keterangan Nabi Syu'aib yang
didukung dengan dahlil dan bukti yang nyata kebenaran, mereka lalu melemparkan
tuduhan-tuduhan kosong seolah-olah Nabi adalah tukang sihir dan ahli sulap yang
ulung. Mereka telah berani menentang Nabi Syu'aib untuk membuktikan kebenaran
risalahnya dengan memdatangkan bencana dari Allah yang ia sembah dan menganjurkan
orang menyembah-Nya pula.
Mendengar tentangan kaumnya yang menandakan hati mereka
telah tertutup rapat-rapat bagi sinar agama dan wahyu yang ia bawa dan bahwa
tiada harapan lagi akan menarik mereka ke jalan yang lurus serta mengangkat
mereka dari lembah syirik dan kemaksiatan serta pergaulan buruk, maka
bermohonlah Nabi Syu'aib kepada Allah agak menurunkan azzab seksanya kepada
kaum Madyan bahwa wujud-Nya serta menentang kekuasaannya untuk menjadi ibrah
dan peringatan bagi generasi-generasi yang mendatang.
Allah Yang Maha berkuasa berkenan menerima permohonan
dan doa Syu'aib, maka diturunkanlah lebih dahulu di atas mereka hawa udara yang
sangat panas yang mengeringkan kerongkongan karena dahaga yang tidak dapat
dihilangkan dengan air dan membakar kulit yang tidak dapat diubati dengan
berteduh di bawah atap rumah atau pohon-pohon.
Di dalam keadaan mrk yang sedang bingung, panik
berlari-lari ke sana ke mari, mencari perlindungan dari terik panasnya matahari
yang membakar kulit dan dari rasa dahaga karena keringnya kerongkong tiba-tiba
terlihat di atas kepala mereka gumpalan awan hitam yang tebal, lalu berlarilah
mereka ingin berteduh dibawahnya. Namun setelah mereka berada di bawah awan
hitam itu seraya berdesak-desak dan berjejal-jejal, jatuhlah ke atas kepala
mereka percikan api dari jurusan awan hitam itu diiringi oleh suara petir dan
gemuruh ledakan dahsyat sementara bumi di bawah mereka bergoyang dengan kuatnya
menjadikan mereka berjatuhan, tertimbun satu di bawah yang lain dan melayanglah
jiwa mereka dengan serta-merta.
Nabi Syu'aib merasa sedih atas kejadian yang menimpa
kaumnya dan berkata kepada para pengikutnya yang telah beriman: "Aku telah
sampaikan kepada mrk risalah Allah, menasihati dan mengajak mereka agar
meninggalkan perbuatan-perbuatan mungkar serta persembahan bathil mereka dan
aku telah memperingatkan mereka akan datangnya seksaan Allah bila mereka tetap
berkeras hati, menutup telinga mereka terhadap suara kebenaran ajaran-ajaran
Allah yang aku bawa, namun mereka tidak menghiraukan nasihatku dan tidak
mempercayai peringatanku. Karenanya tidak patutlah aku bersedih hati atas
terjadinya bencana yang telah membinasakan kaumku yang kafir itu.'
Kisah Nabi Su'aib dikisahkan oleh al-Qur'an dalam 39 ayat pada 4 surah, diantaranya surah asy-Syu'ara': 176-191, Hud: 84-95, al-A'raf: 85-93, dan surah al-Hijr: 78-79.
Dikutip dan disarikan dari Sejarah Hidup Nabi-Nabi karangan H. Salim Bahreisy. PT Bina Ilmu, Surabaya. 2011
Kisah Nabi Su'aib dikisahkan oleh al-Qur'an dalam 39 ayat pada 4 surah, diantaranya surah asy-Syu'ara': 176-191, Hud: 84-95, al-A'raf: 85-93, dan surah al-Hijr: 78-79.
Dikutip dan disarikan dari Sejarah Hidup Nabi-Nabi karangan H. Salim Bahreisy. PT Bina Ilmu, Surabaya. 2011