Julaibib; Pemuda yang Lebih Cinta Jihad dan Kesyahidan
11/14/2015
Dikisahkan seorang sahabat Rasulullah saw yang
bernama Julaibib ra memiliki perawakan kurang bagus, dan tidak memiliki banyak
harta. Meskipun demikian, Julaibib sangat dicintai oleh Rasulullah Shallallahu
‘alaihi wa sallam karena ketakwaan yang ada pada dirinya. Pada suatu hari Rasulullah berkeinginan untuk menikahkan
Julaibib dengan putri salah seorang
sahabat Anshar. Oleh karenanya Rasulullah saw mendatangi rumah sahabat Anshar
itu dan meminta putrinya untuk menikah dengan beliau.
Tanpa berpikir panjang sahabat Anshar segera
menerima tawaran Rasulullah. Sahabat Anshar berpikir bahwa hal ini merupakan
kesempatan yang sangat berharga, dan suatu kebanggaan tersendiri baginya dan
keluarganya ketika terjalin hubungan dengan Rasulullah saw. Akan tetapi,
Rasulullah menjelaskan, bahwa pinangan ini bukan untuk dirinya, melainkan untuk
Julaibib ra. Sontak saja, sahabat Anshar
kaget mendengarnya. Dengan rasa kebingungan sahabat Anshar menjawab untuk
mendiskusikan terlebih dahulu dengan istrinya.
Pergilah sahabat ini menemui istrinya.
Terlintas di benaknya, apa kata orang jika putriku menikah dengan Julaibib ra
?! Bagaimana martabat keluarganya?!
Setelah
bertemu dengan istrinya, iapun menceritakan pinangan Rasulullah. Tetapi
pinangan itu bukan untuk Rasulullah melainkan untuk Julaibib ra. Mendengar
perkataan suaminya, sang istri segera menolak pinangan itu. Mereka enggan memiliki
seorang menantu seperti Julaibib ra yang tidak memiliki apa-apa.
Percakapan itu ternyata terdengar oleh putri
sang sahabat Anshar. Ketika ayahnya hendak beranjak pergi untuk menolak
pinangan Rasulullah saw, sang putri malah mencegah ayahnya untuk melakukan hal
itu. Dengan tegas putrinya menjawab,
"Apakah kalian menolak perintah Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam ?
Tidakah kalian mendengar firman Allah Al-Ahzab ayat 36 ,” Dan tidaklah patut
bagi laki-laki yang mukmin dan tidak (pula) bagi perempuan yang mukmin, apabila
Allah dan Rasul-Nya telah menetapkan suatu ketetapan, akan ada bagi mereka
pilihan (yang lain) tentang urusan mereka.” Terimalah pinangan itu, karena ia
tidak akan menyia-nyiakanku. Ketahuilah, aku tidak akan menikah kecuali dengan
Julaibib ra !"
Mendengar penuturan putrinya, maka pergilah
sahabat itu menghadap Rasulullah saw. Sesampai di hadapan Rasulullah, iapun
berkata: "Wahai, Rasulullah! Aku menerima pinanganmu. Nikahkanlah putriku
dengan Julaibib ra ".
Mendengar bahwa pinangan tersebut telah
diterima, membuat Julaibib begitu bahagia. Namun, kiranya angan-angan itu
serasa hilang, ketika panggilan jihad megetuk hatinya. Karena pada saat yang
bersamaan, Rasulullah saw memerintahkan kepada kaum muslimin agar berjihad di
jalan Allah. Julaibib ra dalam kebimbangan. Ia bingung manakala harus memilih
antara istri shalihah, kebahagiaan, atau mati shahid yang selama ini
dicita-citakannya?! Akhirnya, ternyata kerinduan terhadap mati syahid di medan
perang menjadi pilihannya.
Maka berangkatlah Julaibib ra menuju medan
perang. Dia tinggalkan calon istrinya yang shalihah dan kebahagiaan yang akan
segera ia peroleh, demi menyambut panggilan Rabbnya, yaitu berjihad di
jalan-Nya.
Sudah menjadi kebiasaan Rasulullah Shallallahu
‘alaihi wa sallam. Beliau sangat memberi perhatian kepada para sahabatnya usai
peperangan. Biasanya beliau saw menanyakan siapa saja yang syahid dalam
peperangan itu.
Rasulullah saw bertanya kepada para
sahabatnya: "Siapa saja yang gugur di jalan Allah?"
Mereka menjawab: " Fulan dan fulan, wahai
Rasulullah".
Mereka tidak menyebutkan nama yang dicari oleh
Rasululluh saw, yakni Julaibib ra. Maka Rasulullah saw kembali menanyakan
kepada para sahabat, dan jawaban mereka sama.
Kemudian beliau saw berseru: "Sesunguhnya
aku telah kehilangan salah seorang sahabatku, Jualaibib. Carilah ia!"
Para sahabat segera mencari jasad Julaibib ra.
Dan mereka mendapatkan jasadnya tersungkur. Di sekelilingnya terdapat tujuh
jasad orang kafir. Segeralah para sahabat memberitahukan kepada Rasulullah
tentang Julaibib ra, maka Rasulullah saw segera menghampiri jasadnya.
Rasulullah berdiri di sampingnya dan bersabda: "Dia telah membunuh tujuh
orang ini, kemudian mereka membunuhnya. Sesungguhnya, ia adalah aku, dan aku
adalah dia". Rasulullah mengucapkannya sebanyak tiga kali. Kemudian,
dengan penuh lemah lembut dan kasih sayang beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam
mengangkat jasadnya dan menyandarkan di lengannya.
Para sahabat mempersiapkan liang lahat
untuknya, dan Rasulullah terus menyandarkan jasad Julaibib Radhiyallahu anhu di
lengannya, sampai akhirnya ia di kuburkan. Semoga Allah Subhanahu wa Ta’ala
merahmatinya.
Disadur dari majalah As-Sunnah Edisi 06/Tahun
XII/1429H/2008M.