Inilah Sebab dan Tujuan Perang dalam Islam
11/04/2015
Sejarah mencatat banyak peperangan yang
dilakoni oleh kaum muslimin. Dari sini, para orientalis memancing di air keruh,
mencari celah untuk memojokkan Islam dan kaum muslimin. Sayangnya, respon umat
Islam sangat lemah, terutama dari kalangan pemuda. Mereka dengan mudah menelan
informasi tersebut, tidak kritis, dan malas belajar agama dan mengkaji sejarah.
Akhirnya, para pemuda Islam tersebut terpengaruh dan terbawa arus. Mereka jadi
kecewa dengan pendahulu-pendahulu mereka. Malu terhadap sejarah perjalanan
agama mereka. Hingga akhirnya mereka meninggalkan agama. Tidak sedikit yang
berdiri bersebrangan dan mengkampanyekan anti Islam dan syariatnya. Semoga
Allah melindungi kita dari yang demikian.
Perdamaian adalah
asas dari ajaran Islam. Rasulullah ﷺ mengajarkan
para sahabatnya agar tidak mengandai-andaikan peperangan dan permusuhan. Beliua
ﷺ mengajarkan agar para sahabatnya memohon perdamaian dan
keselataman. Sebagaimana sabdanya,
لاَ
تَتَمَنَّوْا لِقَاءَ الْعَدُوِّ ، وَسَلُوا اللَّهَ الْعَافِيَةَ ، فَإِذَا
لَقِيتُمُوهُمْ فَاصْبِرُوا
“Janganlah kalian
mengharapkan bertemu dengan musuh (perang), tapi mintalah kepada Allah
keselamatan. Dan bila kalian telah berjumpa dengan musuh, bersabarlah.” (HR.
Bukhari no. 2966 dan Muslim no. 1742).
Realitanya
peperangan adalah keniscayaan. Fitrah manusia cinta kedamaian, namun praktiknya
mereka selalu berselisih dan bermusuhan. Karena itu, untuk menghadapi realita
ini beliau ﷺ tekankan, bila terjadi peperangan,
bersabarlah, hadapi, dan jangan lari sebagai seorang pengecut.
Sebab
Islam Memerintahkan Perang
Seorang muslim
dididik dengan akhlak yang mulia melalui Alquran dan sunnah. Kedua wahyu itu
selalu mengedepankan solusi perdamaian dan berupaya menghindari peperangan dan
pertumpahan darah. Lihatlah ayat-ayat tentang perang. Izin berperang barulah
muncul di saat umat Islam memang dihadapkan pada kondisi tempur. Dalam kondisi
tersebut umat Islam harus membela diri dan agama mereka. Allah ﷻ berfirman,
أُذِنَ
لِلَّذِينَ يُقَاتَلُونَ بِأَنَّهُمْ ظُلِمُوا وَإِنَّ اللهَ عَلَى نَصْرِهِمْ
لَقَدِيرٌ * الَّذِينَ أُخْرِجُوا مِنْ دِيَارِهِمْ بِغَيْرِ حَقٍّ إِلاَّ أَنْ
يَقُولُوا رَبُّنَا اللهُ
“Telah diizinkan
(berperang) bagi orang-orang yang diperangi, karena sesungguhnya mereka telah
dianiaya. Dan sesungguhnya Allah, benar-benar Maha Kuasa menolong mereka itu,
(yaitu) orang-orang yang telah diusir dari kampung halaman mereka tanpa alasan
yang benar, kecuali karena mereka berkata: “Tuhan kami hanyalah Allah”…”
(QS:Al-Hajj | Ayat: 39-40).
Dalam ayat ini,
penyebab disyariatkannya perang sangat jelas sekali. Yaitu, karena umat Islam
dizalimi dan diusir dari negeri mereka tanpa alasan yang dibenarkan.
Allah ﷻ berfirman,
وَقَاتِلُوا
فِي سَبِيلِ اللهِ الَّذِينَ يُقَاتِلُونَكُمْ وَلاَ تَعْتَدُوا إِنَّ اللهَ لاَ
يُحِبُّ الْـمُعْتَدِينَ
“Dan perangilah di
jalan Allah orang-orang yang memerangi kamu, (tetapi) janganlah kamu melampaui
batas, karena sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang melampaui
batas.” (QS:Al-Baqarah | Ayat: 190).
Imam al-Qurthubi
mengatakan, “Ayat ini diturunkan bertutur tentang perang. Tidak ada perselisihan bahwa perang
pada awalnya dilarang. Yaitu
pada masa sebelum hijrah. berdasarkan ayat:
ادْفَعْ
بِالَّتِي هِيَ أَحْسَنُ فَإِذَا الَّذِي بَيْنَكَ وَبَيْنَهُ عَدَاوَةٌ كَأَنَّهُ
وَلِيٌّ حَمِيمٌ
“Tolaklah (kejahatan
itu) dengan cara yang lebih baik.” (QS:Fushshilat | Ayat: 34).
Juga firman Allah,
فَاعْفُ
عَنْهُمْ وَاصْفَحْ
“maka maafkanlah
mereka dan biarkan mereka.” (QS:Al-Maidah | Ayat: 13).
Dan ayat-ayat
lainnya yang serupa, yang diturunkan di Mekah. Ketika umat Islam hijrah ke
Madinah, barulah ada perintah untuk berperang (al-Jami’ al-Ahkam Alquran,
1/718).
Perhatikan
penjelasan menarik dari Imam al-Qurthubi dan dalil-dalil yang beliau bawakan.
Dari penjelasannya, kita dapat memahami dan menyadari asas dari agama Islam
adalah kedamaian dan menempuh jalan-jalan untuk damai. Seperti membalas sikap
buruk dengan tidak melayani, memaafkan, bahkan membalas dengan yang lebih baik.
Lalu mengapa Islam mengjarkan berperang? Karena memang kondisi menuntut
berperang. Karena saat itu perang menjadi solusi. Sebagaimana dokter mengambil
langkah operasi atau amputasi, karena saat itu operasi dan amputasi menjadi
solusi. Jika tidak, maka dokter hanya menyarankan pasiennya istirahat atau
minum obat.
Setelah perintah
perang turun, nilai-nilai mulia pun tetap diperhatikan. Ada normanya: وَلاَ تَعْتَدُوا (jangan kamu melampaui batas), إِنَّ اللهَ لاَ يُحِبُّ الْـمُعْتَدِينَ (Allah benci
orang-orang yang melampaui batas). Allah ﷻ tidak
menyukai permusuhan, walaupun terhadap non muslim. Inilah ajaran kasih sayang
dan nilai-nilai kemanusiaan.
Ada yang
berkomentar, Islam memerintahkan berperang dan mengancam permaian berdasarkan
ayat:
وَقَاتِلُوا
الْـمُشْرِكِينَ كَافَّةً كَمَا يُقَاتِلُونَكُمْ كَافَّةً
“dan perangilah
kaum musyrikin itu semuanya sebagaimana merekapun memerangi kamu semuanya.”
(QS:At-Taubah | Ayat: 36).
Benarlah kata para
ulama, di setiap ayat yang dijadikan dasar argumen para penyebar syubhat dan
kerancuan, dalam ayat itu pula terdapat sanggahan argumennya. Perintah perang
disini terikat akan kondisi. Ada kata “sebagaimana”. Mengapa Islam
memerintahkan memerangi semua orang-orang musyrik, karena semua orang tersebut
memerangi umat Islam. Artinya, hanya semua yang memerangi yang diperangi. Yang
tidak turut berperang, tidak boleh diperangi.
Dalam kondisi
damai, memusuhi non muslim harus dengan alasan yang jelas. Misalnya orang non
muslim menjarah, melakukan pembunuhan, mengambil hak seorang muslim, atau non
muslim tersebut melarang umat Islam menyebarkan agamanya.
Ayat lainnya yang
menegaskan adanya syariat berperang dalam Islam adalah:
أَلَا
تُقَاتِلُونَ قَوْمًا نَكَثُوا أَيْمَانَهُمْ وَهَمُّوا بِإِخْرَاجِ الرَّسُولِ
وَهُمْ بَدَءُوكُمْ أَوَّلَ مَرَّةٍ ۚ
أَتَخْشَوْنَهُمْ ۚ فَاللَّهُ
أَحَقُّ أَنْ تَخْشَوْهُ إِنْ كُنْتُمْ مُؤْمِنِينَ
“Mengapakah kamu
tidak memerangi orang-orang yang merusak sumpah (janjinya), padahal mereka
telah keras kemauannya untuk mengusir Rasul dan merekalah yang pertama mulai
memerangi kamu? Mengapakah kamu takut kepada mereka padahal
Allah-lah yang berhak untuk kamu takuti, jika kamu benar-benar orang yang
beriman.” (QS:At-Taubah | Ayat: 13).
Ayat ini berkenaan
dengan orang-orang Mekah yang memulai permusuhan terhadap umat Islam. Mereka
telah menyebabkan Rasulullah ﷺ keluar dari
Mekah. Mereka yang memulai terjadinya Perang Badr. Mereka pula yang telah
membatalkan perjanjian damai di Hudaibiyah.
Jadi, penyebab
perang dalam Islam sangat jelas. Karena orang-orang non Islam yang terlebih
dahulu memerangi kaum muslimin. Hal ini juga yang terjadi pada peperangan-perangan
di zaman Khulafaur Rasyidin.
Penaklukkan-penaklukkan
umat Islam di berbagai wilayah dilatar-belakangi oleh tindakan ofensif
orang-orang non Islam. Umat Islam tidak memerangi orang-orang yang tidak
memerangi mereka.
Tujuan
Perang
Dengan syariat
perang ini, umat Islam bisa membela diri dan keluarga mereka. Mempertahankan
agama dan wilayah mereka. Umat Islam dapat beribadah dengan tenang setelah
sebelumnya orang-orang non Islam mengusiknya. Kemudian dakwah juga tersebar
kepada seluruh manusia. Karena terbebas dari perbudakan kepada sesama makhluk
–dengan menyembah mereka- adalah hak asasi setiap manusia. Dan Islam
membebaskan manusia dari peribadatan kepada sesama makhluk.
Selain itu syariat
perang juga mengajarkan kepada orang-orang non Islam agar menepati perjanjian
yang telah disepakati bersama.
Sejarah
Membuktikan
Bukti bahwasanya
Islam berasaskan perdamaian dan peperangannya membawa nilai-nilai kemanusiaan
adalah: Wilayah-wilayah yang dimasuki umat Islam melalui peperangan semula masyarakatnya
adalah masyarakat non Islam. Setelah umat Islam masuk ke wilayah tersebut,
mereka berbondong-bondong memeluk Islam. Padahal tidak ada dalam sejarah umat
Islam melakukan pemaksaan apalagi pembantaian jika penduduk wilayah taklukkan
tidak mengubah agama mereka.
Lihatlah Mesir,
Palestina, Suriah, Jordania, Irak, Maroko, Tunisia, Turki, dll. yang semula
dikuasai Romawi dan Persia, penduduknya menganut agama Nasrani dan Majusi,
berubah menjadi masyarakat kaum muslimin.
Lihatlah siapa yang
membatalkan dan mengkhianati perjanjian. Islam pun memberi pelajaran kepada
mereka agar tidak curang terhadap perjanjian.
Oleh Nurfitri Hadi dalam kisahmuslim.com,
edisi 4/11/15