Abu Ubaidah Ra; Orang Kepercayaan Umat
11/17/2015
“Masing-masing umat mempunyai orang kepercayaan dan kepercayaan umat ini adalah Abu Ubaidah bin Jarrah,” sabda Rasulullah saw.
Abu
Ubaidah termasuk assabiqunal awwalun. Dia masuk Islam sehari setelah Abu Bakar masuk
Islam. Abu Bakar membawanya, membawa Abdurrahman bin Auf, Usman bin Mazh’um,
dan al-Arqam bin Abu al-Arqam kepada Nabi. Maka mereka semua mengikrarkan
kalimat kebenaran di hadapan Nabi. Mereka inilah pilar pertama dimana syiar
Islam berdiri tegak di atasnya.
Ujian
Keimanan
Dalam
perang Badar, Abu Ubaidah menyibak barisan musuh tanpa ada rasa takut mati.
Para pemuka Quraisy ketakutan melihatnya, satu per satu mereka menyingkir
setiap berpapasan dengannya.
Tetapi
ada seorang laki-laki Quraisy yang selalu berusaha menghadang langkah Abu
Ubaidah di setiap arah, yang karenanya Abu Ubaidah menyingkir dan menjauhinya
agar tidak berhadapan dengannya.
Namun
laki-laki ini terus menyerang, sementara Abu Ubaidah terus menghindarinya.
Akhirnya, kontak pedang pun terjadi antara keduanya. Maka tersungkurlah
laki-laki Quraisy tersebut.
Tahukah
pembaca, siapa laki-laki tersebut? Laki-laki tersebut adalah Abdullah bin
al-Jarrah, bapak kandungnya sendiri.
Allah
swt. berfirman, “Kamu tak akan mendapati kaum yang beriman pada Allah dan hari
akhir, saling berkasih sayang dengan orang-orang yang menentang Allah dan
RasulNya, sekalipun orang-orang itu bapak-bapak atau anak-anak atau
saudara-saudara ataupun keluarga mereka.” (Q.S. al-Mujadilah: 22)
Kuat
Lagi Terpercaya
Muhammad
bin Ja’far menyampaikan bahwa delegasi orang-orang Nasrani datang kepada
Rasulullah saw.. Mereka berkata, “Wahai Abul Qasim, utuslah seorang laki-laki
dari sahabat-sahabatmu yang kamu ridai untuk kami agar dia memutuskan perkara di antara kami dalam perkara-perkara
yang berkaitan dengan harta yang kami perselisihkan. Kalian wahai muslimin bagi
kami adalah orang-orang terpercaya.”
Rasulullah saw. menjawab, “Datanglah kepadaku di siang hari. Aku akan mengutus seorang laki-laki kuat lagi amanah kepada kalian.”
Umar
bin Khattab ra. berkata, “Hari itu aku berangkat ke masjid lebih awal. Aku
berharap agar mendapatkan tugas dari Rasul dan menjadi orang dengan criteria
yang dinyatakan oleh beliau saw..”
Manakala
Rasulullah saw. selesai salat Zuhur beliau menengok ke kanan dan ke kiri, aku
berusaha untuk mengangkat tubuhku agar beliau melihatku. Beliau terus melihat
kesana kemari sehingga beliau melihat Abu Ubaidah bin al-Jarrah. Maka beliau
memanggilnya dan bersabda,
“Pergilah
bersama mereka. Jadilah hakim di antara mereka dengan berpijak kepada kebenaran
dalam perkara yang mereka perselisihkan.”
Umar
bin Khattab berkata, “Ternyata Abu Ubaidah yang mendapatkannya.”
Peristiwa
di Perang Uhud
Dalam
perang Uhud, manakala kaum muslimin terpukul mundur, penyeru kaum musyrikin
berteriak, “Tunjukkan aku kepada Muhammad!.” Pada saat itu, Abu Ubaidah adalah
dari orang yang berdiri di sekeliling Rasulullah saw. untuk melindungi beliau
denan dada mereka dari serangan tombak-tombak orang musyrikin.
Perang
pun usai gigi seri Rasulullah patah dan kening beliau terluka, dua lingkaran
besi patah dari baju perang Rasulullah saw. tertancap di pipi beliau. Maka Abu
Bakar mendekat kepada beliau hendak mencabutnya, Abu Ubaidah berkata, “Aku
bersumpah dengan nama Allah, berikan tugas itu untukku.” Maka ash-Shiddiq pun
membiarkannya untuknya.
Abu
Ubaidah pun khawatir jika dia mencabutnya dengan tangannya, maka akan menyakiti
Rasulullah saw.. Maka, Abu Ubaidah pun menggigitnya dengan gigi depannya, yang
menyebabkan dua gigi Abu Ubaidah tanggal.
Karenanya,
Abu Bakar ra. berkata, “Abu Ubaidah termasuk orang yang paling tampan dengan
dua gigi depannya yang tanggal.”
Orang
Kepercayaan Umat
Di
hari Saqifah, Umar bin Khattab berkata kepada Abu Ubaidah, “Berikan tanganmu
biar aku membaiatmu, karena aku pernah mendengar Rasulullah saw. bersabda
‘Sesungguhnya setiap umat mempunyai orang kepercayaan dan engkau adalah orang
kepercayaan umat ini.’”
Maka
Abu Ubaidah menjawab, “Tidak pantas bagiku mendahului seorang laki-laki yang
telah diperintahkan oleh Rasulullah saw. agar menjadi imam kita dalam salat,
maka laki-laki itu pula yang menjadi imam bagi kami sampai wafat.”
Kemudian,
Abu Bakar ra. pun dibaiat. Abu Ubaidah menjadi sebaik-baik penasehat Abu Bakar
dalam kebenaran, penolong paling mulia dalam kebaikan.
Menjelang
Kematiannya
Suatu
ketika Abu Ubaidah berada di negeri Syam memimpin pasukan kaum muslimin,
membawanya dari satu kemenangan kepada kemenangan berikutnya. Akhirnya, seluruh
wilayah Syam terbuka hingga menjangkau sungai Eufrat di bagian timur dan Asia
kecl di bagian utara.
Dalam
keadaan perang sedang berkecamuk, tiba-tiba negeri Syam diserang penyakit
tha’un. Penyakit ini pun memangsa satu persatu setiap orang tanpa pandang bulu.
Umar
bin Khattab ra. mengkhawatirkan keselamatan Abu Ubaidah, segera mengirim surat
agar pergi ke Madinah. Namun Abu Ubaidah menjawabnya, “Wahai Amirul Mukminin,
aku tahu hajatmu kepadaku. Aku saat ini berada di tengah-tengah pasukan kaum
muslimin. Aku tidak ingin melindungi diriku dari tha’un yang menimpa mereka.
Aku tidak ingin berpisah dari mereka sehingga Allah menetapkan keputusanNya
pada diriku dan diri mereka. Jika suratku ini telah sampai ke tanganmu maka
bebaskanlah aku dari permintaanmu dan izinkan aku untuk tetap tinggal di
tengah-tengah pasukanku.”
Manakala Umar bin Khattab ra. membaca surat Abu Ubaidah, dia pun menangis sampai air matanya membasahi janggutnya. Orang-orang di sekitarnya pun berkata, “Wahai Amirul Mukminin, apakah Abu Ubaidah wafat?” Umar berkata, “Belum, tetapi dia sudah dekat kepadanya.”
Dugaan
al-Faruq tiak salah. Hal itu karena tidak lama setelah itu, Abu Ubaidah
terserang penyakit ini. Akibat penyakit ini pula, Abu Ubaidah pun menghembuskan
nafasnya terakhir.
Muadz,
seorang yang ditunjuk mewakilinya menjadi imam salat berkata, “Kalian telah
kehilangan seorang laki-laki, demi Allah aku tidak mengetahui seorang laki-laki
yang paling baik dadanya, paling bersih dari keburukan, paling cinta pada
akhirat, dan paling tulus kepada orang banyak umum daripada dia, maka doakanlah
semoga Allah merahmatinya, semoga Allah merahmati kalian.”