Ayat dan Hadis tentang Sabar Menerima Cobaan
5/26/2016
A. Ayat-Ayat tentang Sabar Menerima Cobaan dan Ujian
1. Surah al-Baqarah Ayat 155-157
a. Membaca
وَلَنَبْلُوَنَّكُمْ بِشَيْءٍ مِنَ الْخَوْفِ وَالْجُوعِ وَنَقْصٍ مِنَ الْأَمْوَالِ وَالْأَنْفُسِ وَالثَّمَرَاتِ وَبَشِّرِ الصَّابِرِينَ * الَّذِينَ إِذَا أَصَابَتْهُمْ مُصِيبَةٌ قَالُوا إِنَّا لِلَّهِ وَإِنَّا إِلَيْهِ رَاجِعُونَ * أُولَئِكَ عَلَيْهِمْ صَلَوَاتٌ مِنْ رَبِّهِمْ وَرَحْمَةٌ وَأُولَئِكَ هُمُ الْمُهْتَدُونَ (البقرة: 155-157)
Artinya:
“Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar, (yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan: “Innaa lillahi wa innaa ilaihi raaji’uun”. Mereka itulah yang mendapatkan keberkahan yang sempurna dan rahmat dari Rabbnya, dan mereka itulah orang-orang yang mendapat petunjuk. (Q.S. Al-Baqarah: 155-157)
b. Isi Kandungan Surah Al-Baqarah Ayat 155-157
remajabuol.heck.in |
Dalam ayat di atas, maksud ‘sesuatu’ pada lafal ‘dengan sesuatu ketakutan dan kelaparan’ adalah sedikit.; kekurangan harta berarti lenyapnya sebagian harta, dan ‘kekurangan jiwa’ berarti meninggalnya teman-teman, kaum kerabat, dan kekasih; dan ‘kekurangan buah-buahan’ berarti kebun dan lahan pertanian tanamannya tidak menghasilkan buahnya sebagaimana kebiasaannya (menurun produksinya).
Barangsiapa yang sabar, maka ia mendapat pahala; dan barang siapa tidak sabar, maka azab-Nya akan menimpanya. Karena itulah di penghujung ayat ini disebutkan ‘Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar.’
Kemudian Allah menerangkan bahwa orang-orang yang sabar yang mendapat pahala dari Allah ialah mereka yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan inna lillahi wa inna ilaihi raji’un. Yakni, mereka menghibur dirinya dengan mengucapkan kalimat tersebut manakala mereka tertimpa musibah, dan mereka yakin bahwa diri mereka adalah milik Allah. Maka ucapan ini menanamkan di dalam hati mereka suatu pengakuan yang menyatakan bahwa diri mereka adalah hamba-hambaNya dan mereka pasti akan kembali kepadaNya di hari akhirat nanti. Karena itulah, maka Allah Swt. memberitahukan tentang pahala yang akan diberikanNya kepada mereka sebagai imbalan, yaitu mendapat keberkahan yang sempurna dan rahmat dariNya serta petunjuk.
2. Surah Ali Imran ayat 186
a. Membaca
لَتُبْلَوُنَّ فِي أَمْوَالِكُمْ وَأَنْفُسِكُمْ وَلَتَسْمَعُنَّ مِنَ الَّذِينَ أُوتُوا الْكِتَابَ مِنْ قَبْلِكُمْ وَمِنَ الَّذِينَ أَشْرَكُوا أَذًى كَثِيرًا وَإِنْ تَصْبِرُوا وَتَتَّقُوا فَإِنَّ ذَلِكَ مِنْ عَزْمِ الأمُورِ
Artinya: “Kamu pasti akan diuji dengan hartamu dan dirimu. Dan pasti kamu akan mendengar banyak hal yang sangat menyakitkan hati dari orang-orang yang diberi kitab sebelum kamu dan dari orang-orang musyrik. Jika kamu bersabar dan bertakwa, maka sesungguhnya yang demikian itu termasuk urusan yang (patut) diutamakan.” (Q.S. al-Baqarah: 186)
b. Isi Kandungan Surah Al-Baqarah Ayat 186
Seorang mukmin itu harus diuji terhadap sesuatu dari hartanya atau dirinya atau anaknya atau istrinya. Seorang mukmin mendapat ujian dari Allah swsuai dengan tingkatan kadar agamanya. Apabila agamana kuat, maka ujiannya lebih dari yang lain.
Allah Swt. berfirman kepada orang-orang mukmin ketika mereka tiba di Madinah sebelum perang Badar untuk meringankan beban mereka dari tekanan gangguan yang menyakitkan hati yang dilakukan oleh kaum ahli kitab dan kaum musyrik. Sekaligus memerintahkan mereka agar bersikap pemaaf dan bersabar serta memberikan ampunan hingga Allah memberikan jalan keluar dari hal tersebut. Untuk itu, Allah Swt. berfirman:
Jika kalian bersabar dan bertakwa, maka sesungguhnya yang demikian termasuk urusan yang patut diutamakan.
B. Hadis tentang Sabar Menerima Cobaan dan Ujian
1. Hadis Riwayat Muslim
a. Membaca
عَجَبًا لِأَمْرِ الْمُؤْمِنِ إِنَّ أَمْرَهُ كُلُّهُ خَيْرٌ وَلَيْسَ ذَاكَ لِأَحَدٍ إِلاَّ لِلْمُؤْمِنِ إِنْ أَصَابَتْهُ سَرَّاءُ شَكَرَ فَكَانَ خَيْرًا لَهُ وَإِنْ أَصَابَتْهُ ضَرَّاءُ صَبَرَ فَكَانَ خَيْرًا لَهُ
Artinya:
“Sungguh mengagumkan urusan seorang mukmin. Sesungguhnya seluruh perkaranya adalah baik baginya. Dan tidaklah didapatkan pada seorang pun hal tersebut melainkan pada diri seorang mukmin : Jika dia merasakan kesenangan maka dia bersyukur. Dan itu lebih baik baginya. Jika kesusahan menerpanya, maka dia bersabar. Dan itu lebih baik baginya.” (H.R. Muslim)
b. Isi Kandungan
Syaikh Utsaimin menerangkan tentang hadis di atas : (Sungguh mengagumkan urusan seorang mukmin. Sesungguhnya seluruh perkaranya adalah baik baginya), maksudnya : “Sesungguhnya Rasul Saw. menampakkan kekaguman beliau dengan pandangan kebaikan (terhadap perkara seorang mukmin), maksudnya : “terhadap urusannya.” Maka sesungguhnya seluruh urusan itu (dianggap) baik baginya dan tidak terdapat hal tersebut kecuali pada diri seorang mukmin. Kemudian Rasulullah saw. memberikan rincian tentang perkara kebaikan tersebut dengan sabdanya : (Jika dia merasakan kesenangan maka dia bersyukur. Dan itu lebih baik baginya. Jika kesusahan menerpanya, maka dia bersabar. Dan itu lebih baik baginya).
Selanjutnya, Utsaimin berkata, “Ini adalah keadaan seorang mukmin. Setiap manusia berada dalam ketentuan-ketentuan Allah, baik berupa kesenangan maupun kesusahan. Dan manusia dalam menyikapi ujian dan cobaan ini terbagi menjadi dua golongan : mukmin dan kafir.
Adapun golongan Mukmin menganggap baik segala ketentuan Allah baginya. Jika kesusahan itu menimpanya, maka dia bersabar atas ketentuan-ketentuan Allah dan senantiasa menanti pertolongan-Nya serta mengharapkan pahala Allah. Semua itu merupakan perkara yang baik baginya dan dia memperoleh ganjaran kebaikan selaku orang-orang yang bersabar.
Jika kesenangan itu mendatanginya, baik berupa kenikmatan agama, seperti ilmu, amalan saleh dan kenikmatan dunia, seperti harta, anak-anak dan keluarga, maka dia bersyukur lagi menjalankan ketaatan kepada Allah Swt..
Oleh karena itu, seorang mukmin memperoleh dua kenikmatan, yaitu kenikmatan agama dan dunia. Kenikmatan dunia diperoleh dengan kesenangan dan kenikmatan agama diperoleh dengan bersyukur. Maka inilah kondisi seorang mukmin.
Adapun golongan kafir (sungguh) berada dalam kejelekan. Jika kesusahan itu menimpanya, maka dia tidak sabar, berkeluh kesah, mencemooh, mengutuk, mencerca masa (waktu) bahkan mencela Allah Swt.. Jika kesenangan menghampirinya, dia tidak bersyukur kepada Allah. Maka kesenangan ini akan menjadi balasan siksaan di akhirat. Maka kondisi orang kafir tetap buruk, baik mendapatkan kesusahan maupun kesenangan. Berbeda halnya dengan orang mukmin yang senantiasa dalam kebaikan dan kenikmatan.
2. Hadis Riwayat Tirmidzi dari Mus’ab
a. Membaca
قُلْتُ يَا رَسُوْلَ اللهِ أَيُّ النَّاسِ أَشَدُّ بَلاَءً قَالَ الْأَنْبِيَاءُ
Artinya:
“Saya berkata, ‘Ya Rasulullah, manusia manakah yang paling berat ujiannya?’ Beliau menjawab, ‘Para Nabi’” (H.R. Tirmizi)
b. Isi Kandungan
Dari hadis di atas kita dapat menyimpulkan bahwa ujian dan cobaan akan menimpa siapa saja yang dikehendaki Allah Swt.. Ujian tidak hanya berlaku bagi orang miskin atau orang yang semisalnya. Orang kaya, pun akan menerimanya. Bahkan, para nabi dan Rasulpun menerima cobaan dari Allah Swt..
Dari hadis di atas juga, kita bisa mengetahui bahwa ternyata manusia yang paling berat cobaannya adalah para nabi. Ini membuktikan bahwa ujian Allah itu selain disesuaikan dengan kadar kemampuan, juga disesuaikan dengan kadar keimanannya. Semakin kuat imannya, maka semakin dahsyat cobaan yang diberikan Allah Swt. kepadanya.
Cobaan yang diberikan Allah kepada hamba-hambaNya tidak lain untuk menguji dan meningkatkan derajat hamba tersebut. Oleh karenanya, semakin tinggi keimanan seseorang, maka kedahsyatan cobaan itu akan menjadikan semakin tinggi pula derajatnya di sisi Allah.
C. Perilaku Menerapkan Isi Hadis tentang Menerima Cobaan dan Ujian
Ada beberapa faedah (yang bisa kita ambil) dari hadis-hadis di atas yang bisa kita praktekkan dalam kehidupan sehari-hari:
- Adanya dorongan (untuk tetap kokoh) di atas keimanan karena seorang mukmin senantiasa dalam kebaikan dan kenikmatan.
- Adanya dorongan untuk sabar atas kesusahan yang menimpa. Karena (sabar) merupakan perangai keimanan. Apabila kita sabar dalam menghadapi kesusahan dan diiringi dengan menanti (pertolongan) Allah agar dibebaskan dari (kesusahan tersebut). Kemudian mengharap pahala Allah Subhanahu wata’ala, maka hal tersebut merupakan tanda keimanan.
- Adanya dorongan untuk bersyukur tatkala (memperoleh) kesenangan. Jika seorang bersyukur kepada Rabbnya atas nikmat yang diperoleh. Maka ini adalah taufik dari Allah dan termasuk salah satu sebab bertambahnya kenikmatan.
- Adanya dorongan berupa meningkatnya derajat atas cobaan yang diberikan Allah Swt. jika kita bisa mensikapinya dengan benar.