Beginilah Usaha Setan saat Manusia Mengalami Sakaratul Maut
11/14/2015
Sampai hari kiamat belum tiba, Para setan dan
sekutunya tetap akan menggoda umat manusia, Selagi nyawa masih menempel di
raga, setan tak akan henti-hentinya menggoda umat manusia untuk mengingkari
dan mendurhakai Allah SWT.
Sudah menjadi ketetapan Allah SWT setan menjadi musuh
abadi manusia. Mereka selalu berusaha untuk menjerumuskan manusia sehingga tidak
selamat di kehidupan akhirat kelak.
Upaya itu dilakukan tatkala manusia menjalani kehidupan
di alam dunia. Bahkan ketika manusia tengah menghadapi sakaratul maut dan ruh
terlepas dari jasad.
Godaan Setan Saat Manusia Sakaratul Maut
Ketika manusia sedang menghadapi sakaratul maut, salah
satu kesulitan atau kesakitan yang dihadapi adalah rasa haus yang tidak
tertahankan sehingga seolah-olah membakar hati. Rasa haus itu terasa begitu
kuat, hingga tidak mungkin bisa hilang meski meminum banyak air.
Dalam keadaan seperti inilah biasanya setan datang
membawa minuman yang tampak sangat menggoda dan menyegarkan, khususnya terhadap
kaum mukminin yang keimanannya sangat kuat. Sungguh mereka (para setan) itu
sangat tidak rela jika seseorang itu meninggal dengan memperoleh keridhoan
Allah.
Pada puncak kehausan yang seolah tidak tertahankan itu,
setan akan datang dengan satu gelas minuman yang sangat segar, dan ia berdiri
di sisi kepala seorang mukmin. Sang mukmin yang tidak menyadari kalau ia adalah
setan, akan berkata, “Berilah aku air itu!!”
Setan berkata, “Baiklah, tetapi katakan terlebih
dahulu bahwa dunia ini tidak ada yang menciptakan, maka aku akan memberikan air
ini kepadamu!!”
Dalam riwayat lain disebutkan, setan akan berkata,
“Tinggalkanlah agamamu ini, dan katakan bahwa Tuhan itu ada dua, maka engkau
akan selamat dari kepedihan sakaratul maut ini!!”
Jika ia mempunyai keimanan yang cukup kokoh, ia akan
menyadari kalau sosok pembawa air itu adalah setan, maka ia akan berpaling.
Tetapi setan tidak berhenti dan putus asa, ia akan berdiri di arah kakinya
dengan penampilan yang lain, masih dengan membawa minuman yang amat segar
menggoda. Sang mukmin yang masih dilanda kehausan akan berkata kepadanya,
“Berilah aku minuman itu!!”
Setan dalam penampilan lain itu berkata, “Baiklah,
tetapi katakanlah bahwa Muhammad (Rasulullah SAW) itu adalah seorang pendusta,
maka aku akan memberikan air ini kepadamu!!”
Setelah mendengar jawaban seperti itu, sang mukmin akan
menyadari kalau syaitan tidak akan berhenti menggodanya hingga terlepas
imannya. Maka ia akan bersabar dalam kehausan yang seakan membakar hati itu dan
tidak akan meminta lagi. Ia akan menyibukkan diri dengan mengingat Allah
memohon pertolongan dan keselamatan dari sisi-Nya.
_______
Suatu kisah tentang seorang guru dan ulama yang sangat
zuhud bernama Abu Zakaria, ketika sedang sakaratul beberapa orang sahabat dan
muridnya menunggui beliau. Ketika Abu Zakaria tampak dalam kepayahan, seorang
sahabatnya mengajarkan kalimat thayyibah, “Katakanlah : Laa ilaaha illallaah!!”
Tetapi di luar dugaan, Abu Zakaria memalingkan
wajahnya. Sahabat di sisi lainnya juga berkata, “Katakanlah Laa ilaaha
illallaah!!”
Lagi-lagi Abu Zakaria memalingkan wajah, bahkan ketika
untuk ke tiga kalinya mereka memintanya membaca kalimat Thayyibah, Abu Zakaria
berkata, “Aku tidak akan mengucapkan kalimat itu!!”
Setelah itu ia jatuh pingsan. Para sahabat dan
murid-muridnya menangis sedih melihat keadaan itu, sungguh mereka tidak
mengerti mengapa hal itu bisa terjadi? Tetapi satu jam kemudian Abu Zakaria
siuman dalam keadaan yang lebih segar. Ia berkata kepada sahabatnya, “Apakah
tadi kalian mengucapkan sesuatu kepadaku??”
“Benar, tiga kali kami meminta engkau membaca syahadat,
tetapi dua kali engkau berpaling dan ke tiga kalinya engkau berkata : Aku tidak
akan mengucapkannya!! Karena itulah kami jadi bersedih!!”
Abu Zakaria berkata, “Sikap dan perkataanku itu
bukanlah kutujukan kepada kalian…”
Kemudian Abu Zakaria menceritakan kalau Iblis telah
mendatanginya dengan membawa semangkuk air yang tampak sangat segar, sementara
ia merasa sangat hausnya. Iblis berdiri di sisi kanannya sambil menggerakkan
mangkuknya sehingga kesegaran air itu makin menggoda, dan berkata, “Tidakkah
engkau membutuhkan air??”
Ia tidak menjawab, tetapi matanya tidak bisa
menyembunyikan rasa haus, dan tertariknya dengan kesegaran air itu, maka iblis
berkata lagi, “Katakanlah bahwa Isa adalah anak Allah!!”
Abu Zakaria berpaling dari iblis, yang saat itu
bersamaan dengan sahabatnya yang meminta ia mengucap kalimat thayyibah untuk
pertama kalinya. Tetapi iblis masih menghampiri dari arah yang lain, dan
berdiri di dekat kakinya sambil mengatakan seperti sebelumnya. Maka ia
berpaling lagi, yang bersamaan dengan sahabatnya yang memintanya membaca
kalimat Thayyibah untuk ke dua kalinya. Belum putus asa juga, iblis menghampiri
lebih dekat dengan bujuk rayunya yang memikat, mengiming-iminginya dengan
minuman yang begitu segarnya, sambil berkata, “Katakanlah bahwa Allah itu tidak
ada!!”
Maka dengan tegas Abu Zakaria berkata, “Aku tidak akan
mengatakannya!!”
Saat yang bersamaan, sahabatnya sedang meminta dia
mengucapkan kalimat thayyibah itu untuk yang ke tiga kalinya.
Abu Zakaria mengakhiri penjelasannya, “Seketika itu
mangkok yang dibawa iblis jatuh dan pecah berantakan, kemudian ia lari
terbirit-birit. Tetapi rasa haus itu begitu menggigit dan tidak tertahankan
sehingga aku jatuh pingsan. Jadi, sikap dan perkataanku itu bukan untuk kalian,
tetapi untuk menolak iblis. Dan sekarang kalian saksikan semua : Asyhadu an-laa
ilaaha illallaah wa asyhadu anna muhammad ar rasuulullaah!!”
Setelah itu tubuh Abu Zakaria melemah, dan ia meninggal
dunia dalam keadaan khusnul khotimah.
_____________
Imam Abu Dawud meriwayatkan dalam sunannya bahwa iblis
berkata kepada bala tentaranya pada saat kematian manusia: “Berusahalah saat
sekarang karena jika kalian gagal, tidak ada kesempatan lagi”.
Dari Wailah bin al-Asqa berkata bahwa Rasulullah
Shallallahu alaihi wasallam bersabda:
“Talqinilah orang yang hendak meninggal dengan La Ilaha
Illallah dan berilah berita gembira tentang surga, sesungguhnya orang mulia,
baik dari kaum laki-laki dan wanita kebingungan di dalam menghadapi kematian
dan mengalami ujian. Sesungguhnya setan paling dekat dengan manusia pada saat
kematian, dan melihat malaikat kematian lebih berat dari pada penggalan pedang
1000 kali”. (HR. Abu Naim).
Imam al-Qurthubi menyebutkan kisah dalam Kitab
At-Tadzkirah dari guru-gurunya Ahmad bin Muhammad al-Qurthubi bahwa tatkala dia
sedang sakaratul maut dikatakan kepadanya, “Ucapkanlah La Ilaha Illallah”, dia
mengatakan, “Tidak”. Ketika sadar kami menuturkan kejadian itu kepadanya. Dia
berkata, “Setan datang kepadaku dari sebelah kanan dan kiriku, salah satunya
berkata, Matilah kamu dalam keadaan Yahudi sebab agama Yahudi adalah
sebaik-baik agama dan yang lain berkata, Matilah kamu dalam keadaan Nasrani
sebab agama Nasrani adalah sebaik-baik agama, maka saya katakan kepadanya,
“Tidak, tidak, kalian saja yang mengucapkan itu.”
Nabi Shallallahu alaihi wasallam bersabda, “Sesungguhnya setan hadir pada saat kematian di antara kamu sekalian lalu mengatakan, matilah kamu dalam keadaan yahudi, matilah kamu dalam keadaan nasrani”.
Sufyan ats-Tsauri berkata, “Saya takut terfitnah pada
saat kematian dan beban menjadi berat, saya minta belas kasih dari Allah bila
tidak diberi pasti aku akan terfitnah. Gangguan fitnah banyak sekali tidak
terhitung, boleh jadi dia masih bertaut dengan dunia sehingga dia tidak mau
melepas perkara yang dicintai, atau tidak kuat menahan cobaan, atau tidak
sanggup menghadapi fitnah maka manusia bisa jadi terhempas dari tauhid, atau
bisa jadi godaan berupa janji kekuasaan. Pesan saya pada saat menghadapi kematian
agar selalu menjaga aqidah, membaca istighfar dan bertaubat dari dosa semoga
bertemu dengan Allah dalam keadaan bersih”.
Dari Anas bin Malik berkata bahwasanya Rasulullah
bersabda: “Ada dua malaikat yang berdiri di pintu mayit yang menyambut dengan
istighfar, maka ketika itu iblis berteriak sangat keras hingga membuat tulang
badannya (iblis) patah-patah, dia berkata kepada bala tentaranya, Celakalah
kalian, bagaimana hamba ini selamat dari jeratan kalian?, Mereka menjawab, “Dia
adalah seorang yang terpelihara.” (HR. Abu Yala al-Mushili dalam hadits yang
sangat panjang)